KOPERASI AMARTHA MICROFINANCE
Andi Taufan Garuda Putra
Dirikan Lembaga Pembiayaan Demi Kaum Papa
Prihatin melihat akses pemodalan warga di pelosok desa
membuat Andi Taufan Garuda Putra mendirikan lembaga pembiayaan mikro Amartha
Microfinance di kecamatan ciseeng, bogor hanya dengan Rp 10.000.000, kini ia
mampu menyalurkan kredit untuk 1.050 orang kepala keluarga yang notabennya
adalah warga miskin pedesaan.
Warga desa yang di pelosok adalah salah satu kelompok yang
minim akses permodalan, terutama akses modal dan perbankan. Selain jarak yang
jauh, warga juga sulit mengakses persyratan pinjaman dari perbankan.prihatin
dengan kondisi membuat Andi Taufan Garuda Putra merasa terpanggil untuk
membantu warga desa mendapatkan modal.
Wujud keprihatinan itu ditunjukan Taufan dengan mendirikan
lembaga permodalan bernama Amartha Microfinance
pada tahun 2009 di kecamatan ciseeng, kabupaten bogor. Untuk program
itu, pria berusia 24 tahun itu rela merogoh kocek sebesar Rp. 10.000.000.
Taufan membuat konsep pinjaman yang mudah dan tidak jelimet.
Amartha Microfinance memberikan pinjaman modal kepada warga miskin di pelosok
desa, tanpa harus memberikan surat berharga sebagai jaminan.
Tak hanya itu, Taufan ingin warga di desa pelosok bisa bebas
dari jeratan rentenir yang setiap saat mengintai. Dengan Amartha Microfinance
Taufan berharap agar warga bisa mendapatkan modal untuk bertani, berkebun, dan
berdagang.
Karena mudah memberi
pinjman, Amartha pun terkenal di kalangan warga desa. Hanya dalam tempo
dua tahun, Amartha berhasil mengumpulkan nasabah sebanyak 1.050 kepala
keluarga. Mereka ini warga di 21 desa di kecamatan ciseeng.
Membiaknya jumlah nasabah itu pun membuat dana kelolaan
amartha membengkak dari 10 juta menjadi 100 juta. Namun, meski boleh meminjam
tanpa jaminan, taufan tetap memberikan persyratan bagi calon peminjam. Yakni
mereka harus ikut kelompok usaha mikro. Setiap kelompok ini beranggotakan 15
sampai 20 orang.
Untuk tahap awal atau level pertama, setiap anggota kelompok
bisa meminjam Rp. 500.00 pertahun, dengan system pengembalian tanggung renteng
bersama kelompok, taufan berupaya mengedukasi warga agar saling mengingatkan
agar membayar kredit secara disiplin.
Jika ada kredit macet, dalam dua tahun dana kelolaan Taufan
naik dari Rp 10 juta menjadi Rp. 100 juta maka pengembalian pinjaman menjadi
tanggung jawab kelompok. Aturan pinjaman itu ternyata efektif bagi warga di
pelosok desa sejauh ini kelompok bisa bekerja sama dengan baik.
Sejak memberikan pinjaman pada 2009 lalu, jumlah kelompok
peminjam pun berkembang menjadi 56 kelompok. Setiap anggota kelompok bisa
mengembalikan pinjaman dengan cara mencicil selama 50 minggu dengan system
syariah. Prinsip syariah menggunakan system tawar – menawar cicilan yang harus
dibayarkan.
Jika system syariah di konverensikann ke bunga, rata – rata
bunga pinjaman Amartha itu antara 15% - 27% per tahun. Bunga yang terkumpul
dari pinjaman itu mencapai Rp. 8.000.000 per bulan. Uang itu untuk operasional
Amartha.
Tidak hanya memberikan modal saja, Taufan juga membekali
nasabah Amartha itu dengan pendampingan usaha, serta membangun mental,
karakter, dan tanggung jawab. Hanya dengan nilai – nilai moral seseorang bisa
berhasil dengan usaha.
Jika nasabah dalam satu kelompok bisa melunasi pinjaman
tepat waktu tanpa ada kredit macet. Maka kelompok akan naik level . itu berarti
anggota kelompok bisa mendapatkan pinjaman yang lebih besar, yakni Rp.
1.000.000 per anggota.
Namun Taufan membatasi pinjaman untuk level nasabah
tertinggi hanya sebesar Rp. 3.000.000 saja jika anggota atau nasabah itu ingin
pinjaman lebih besar, maka Taufan menganjurkan warga meminjam ke perbankan.
Selain memberikan usaha kepada warga, Taufan juga mengajak warga gemar menabung
. untuk program ini Taufan melalui Amartha membuat program tabungan melalui
kerjasama dengan bank.
Imbuan untuk menabung ternyata membuahkan hasil. Dana
tabungan nasabah sempat mencapai Rp. 600.000.000, tapi sekarang tinggal Rp.
30.000.000 karena warga mengambilnya untuk kebutuhan lebaran lalu.
Saat ini Taufan berharap bisa menambah nasabahnya dan bisa
menyalurkan modal kepada 25.000 warga miskindari 80.000 warga kecamatan
ciseeng. Selain itu Taufan juga berencana membuka cabang Amartha di seluruh
pelosok banten. Ia melihat banyak warga pelosok banten yang juga butuh
pembayaran.
Kepada pemerintah Taufan meminta agar infrastruktur desa segera di perbaiki,
seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum. Lima tahun ke depan , Taufan
memiliki target bisa memberikan manfaat untuk 100.000 nasabah dengan target
dana kelolaan Rp.100 milyar. Dan berharap bisa bekerja sama dengan pihak lain
untuk mengelola keuangan skala mikro ini, yang mendapat penghargaan satu
Indonesia Award 2011 dari Astra International.
· Cara
Pemecahan Masalah
Memperdayakan penduduk bernafkah rendahmelalui system
financial yang terjangkau.
v Poin Pembeda
Melalui system perbankan berbasis ikatan kepercayaan,
akuntabilitas, partisivasi, dan kreativitas. Elemen tabungan dan pinjaman yang
diberikan dilengkapi dengan pendidikan dasar keuangan.
v Dampak Sejauh ini
1. Peningkatan
micro-bisnis yang dilakukan nasabah, yang akhirnya membuka akses yang lebih
baik ke pendidikan, infrakstruktur sanitasi, dan suplai makanan.
2. Para nasabah
lebih mampu mengatasi goncangan ekonomi.
3. Akses ke
service financial yang dapat membantu klien untuk membangun dan mengatur asset
mereka.
v Visi ke Depan
Amartha akan menyediakan layanan keuangan yang terjangkau bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan dalam jangka skala besar.
v Tantangan yang
dihadapi dan kebutuhan
Bantuan teknis untuk membuat instrument yang dapat mengukur
dampak social kami di masyarakat.
Metodologi
1. Pemilihan Desa
pemilihan desa untuk latar belakang sosial dan ekonomi,
terdiri dari angka keluarga, pekerjaan, jenis rumah, kebutuhan sehari-hari,
jumlah pendapatan, dan lain-lain. Hal
ini digunakan untuk memahami gambaran besar dari pasar potensial untuk dikembangkan.
2. Rapat Umum
rapat umum ini adalah untuk memperkenalkan misi lembaga dan
tujuan di tingkat desa. Ini adalah cara yang efektif untuk memprovokasi klien
potensial untuk bergabung dengan program dan membuat group.
3. Uji Kelayakan
uji kelayakan ini adalah proses analisis klien potensial
melalui wawancara mendalam. Kami mengunjungi setiap klien yang sudah terdaftar
di rumah mereka untuk menganalisis situasi sosial dan ekonomi mereka.
4. Wajib
Kelompok Pelatihan
pembuatan pinjaman kelompok, setiap klien akan berkumpul
untuk membuat grup yang terdiri 15-20 orang dan juga kelompok kecil yang
terdiri dari 5 orang. Kelompok ini akan menjadi pertemuan mingguan pusat. Klien
akan menerima pelatihan selama 3 hari berturut-turut tentang misi Amartha, persyaratan
pembiayaan, kewajiban bersama sementara juga membangun budaya kepercayaan,
disiplin, dan partisipatif.
5. Alokasi
Pendanaan
mereka mengaku menerima pinjaman setelah lulus pelatihan
kelompok. Kelompok kecil akan memungkinkan mengajukan pinjaman dalam mekanisme
2-2-1. Dua yang pertama orang akan menerima pinjaman dan ikuti dengan orang
lain setiap minggu
6. Mingguan
Pertemuan Kelompok
ini fase di mana kita memberdayakan klien kami melalui
bantuan usaha untuk menjadi kontributor yang berharga dalam pembangunan ekonomi
desa mereka sementara juga menyediakan mereka dengan kegiatan tabungan dan
koleksi angsuran.
Tujuan Microfinance
Microfinance Purpose Amartha
adalah lembaga keuangan mikro khusus menyediakan jasa keuangan kepada klien
yang lebih miskin dan lebih rentan daripada klien bank tradisional. Kami
terdaftar secara hukum organisasi sebagai Koperasi Amartha Indonesia. Kami
bertujuan turun langsumg ke lokasi dan sistem perbankan manusiawi berdasarkan
saling percaya, akuntabilitas, partisipasi dan kreativitas. Kami menyediakan
pinjaman lunak untuk sekelompok orang di daerah pedesaan, tanpa jaminan. Kami
akhirnya akan meningkatkan akses pendanaan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah di seluruh Indonesia pada skala besar untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Kami berharap bahwa di masa depan, setiap
orang miskin dapat memiliki akses ke dana yang terjangkau sehingga mereka dapat
mengejar hidup untuk tujuan yang lebih besar.
Our Shared Vision
Visi kami untuk bersama
menjadi LKM nasional yang menyediakan jasa keuangan yang
terjangkau dan memberikan layanan berkualitas tinggi kepada masyarakat
berpenghasilan rendah dalam jangkauan besar.
Our Shared Mision
Untuk memberdayakan masyarakat berpenghasilan rendah di
daerah pedesaan dengan jasa keuangan yang terjangkau, memungkinkan mereka untuk
mengejar kehidupan untuk tujuan yang lebih besar.
Nilai –Nilai Amartha
· Nilai –
nilai integritas kami adalah Kejujuran
dan kepercayaan dari kita sehingga menghasilkan kepercayaan dari anggota dan
stakeholder.
· Disiplin
dalam sehari-hari kerja dan memastikan layanan Teamwork konsisten.
· Teamwork - Kami
adalah salah satu Amartha: Teamwork dengan tujuan terpadu .
· Layanan
dengan hati - kami melayani anggota dengan martabat, menghormati, dan responsif
terhadap kebutuhan mereka.
· Memberikan
kinerja yang unggul mengikuti
mendefinisikan proses.
5 Tahun Tujuan Strategis
·
Memfasilitasi target kami dari 100.000 masyarakat berpenghasilan rendah
untuk menerima jasa keuangan yang terjangkau untuk membantu mereka secara
finansial mandiri.
·
Mengatur Rp 100 miliar untuk
didistribusikan bagi mereka 100.000 orang yang berpenghasilan rendah.
· Berpokus
pada penerapan keadaan teknologi seni dan mengacu praktik terbaik internasional
dalam mencapai tingkat yang tepat dari efisiensi operasional dan membangun
akuntanbilitas.
· Membangun
kemitraan yang kuat saling menguntungkan dan keterlibatan dengan investor,
donor, pemerintah maupun anggota.
·
Memaksimalkan nilai pemegang
saham sementara menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Leadership
v Andi Taufan Garuda
Putra
Andi Taufan Garuda Putra, Co-Founder dan ChairmanTaufan
mulai keterlibatannya dalam bisnis keuangan mikro sejak tahun 2008, dimulai
dengan pinjaman kecil untuk usaha mikro dan beberapa orang akar rumput sekitar
Bandung dan Bogor. Setelah lulus, dia bekerja sebagai Konsultan Business
Services IBM Global untuk 2 tahun. Di IBM, dia memainkan peran dalam strategi
TI, implementasi sistem SAP. Meraih gelar Sarjana dari Institut Teknologi
Bandung, Sekolah Bisnis dan Manajemen. Dia menikmati olahraga petualangan,
inovasi bisnis, seni rupa dan simfoni orkestra. Taufan juga telah menerima
penghargaan dari Ashoka Changemakers sebagai muda 2010.
v Hardi Pramudia,
Co-founder dan Direktur Human Resources
Hardi memulai
keterlibatannya dalam keuangan mikro sejak tahun 2008. Dia lulus dari Institut
Teknologi Bandung di Bisnis dan Manajemen Pada tahun 2009. Dia memutuskan untuk
mengembangkan LKM sebagai instrumen kunci untuk mengurangi kemiskinan. Sebelum
bergabung dengan Amartha ini, dia bekerja untuk L'oreal Indonesia, dan Groupe
Danone dengan tanggung jawab termasuk manajemen account kunci, strategi merek,
dan manajemen rantai pasokan. Saat ini, Beliau juga menjabat sebagai Direktur
Urun Tangan Indonesia, sebuah perusahaan swasta hutan restorasi.
Dewan Penasehat
v Ifdol Mahyudin,
MICRA Indonesia
As Senior Trainer / Konsultan, Mr Ifdol Mahyudin memiliki
Bersama dengan Micra sebagai Penasihat Teknis Senior pada bulan Juli 2006. 8
tahun pengalaman sebagai Training Manager dengan Ukabima, pengalaman di industri
perbankan selama 10 tahun di bank swasta di beberapa posisi. Sangat
berpengalaman dalam pelatihan disampaikan untuk keuangan mikro baik sebagai
fasilitator, pelatih dan juga pengaturan modul pelatihan untuk keuangan mikro,
konsultasi dan pendampingan LKM beberapa baik konvensional dan syariah. Ia
menyampaikan berbagai pelatihan CGAP ke LKM di seluruh Indonesia.
v Surna Tjahja
Djajadiningrat, SBM ITB
Dia memiliki
pengalaman lebih dari 30 tahun dalam bidang pembangunan berkelanjutan. Dia
adalah salah satu yang paling menonjol orang Indonesia. Dia lulus dari Institut
Teknologi Bandung di bidang Teknik Industri dan meraih gelar MSc dan PhD di
bidang Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan dari University of Hawaii, USA.
Dia telah menjabat sebagai Dekan ITB-School of Business, Direktur Jenderal
Pertambangan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia juga terlibat dalam
berbagai organisasi seperti The Climate Project Indonesia, dan Centre Indonesia
Pembangunan Berkelanjutan.
Peran dan Tanggung Jawab
Bertanggung jawab
untuk menyediakan penasihat strategis pelaksanaan kebijakan perusahaan,
strategi bisnis, prinsip-prinsip, tujuan, dan kinerja dari Direksi.
Lembaga Finansial
· Investor
Group
MEKAR - Putera Sampoerna Foundation
Mekar adalah program Kewirausahaan yang berfokus pada
pertumbuhan Networks Indonesia Kewirausahaan, Pekerjaan dan penyelamatan dengan
menyediakan kedua fasilitas fisik dan online yang memungkinkan Pengusaha dan
penyelamatan investasi untuk menghubungkan, jaringan dan mengembangkan ide-ide
bisnis dan perusahaan.
Program Kewirausahaan Putera Sampoerna Mekar Foundation
mendukung tumbuhnya Pengusaha Indonesia, Usaha, Ketenagakerjaan, dan jaringan
penyelamatan Investasi dengan
menyediakan alat, pelatihan, dan saran. Program Kewirausahaan komprensif Mekar yang mengidentifikasi, cocok dan
menghubungkan Pengusaha potensial dan Malaikat bersama dengan maksud untuk
menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan sukses.
· Teknis
Assistance
Yayasan peramu Fokus
utama dari Yayasan Pengembangan Masyarakat Mustadh'afiin, atau lebih dikenal
sebagai peramu Yayasan adalah pada pengembangan masyarakat yang berpusat pada
organisasi ekonomi. Beberapa program inti mereka adalah: pengembangan berbasis
masyarakat Islam-compliant LKM (LKM Islam, BPRS, Takaful Mikro), organisasi
masyarakat berbasis penguatan, khususnya usaha mikro-miskin dan di pedesaan dan
perkotaan dari mitra mereka LKM. Mediasi sosio-ekonomi potensi ekonomi lokal,
seperti LSM / CSO, pemerintah, serta LKM dalam hal memperkuat akses terhadap
pelayanan sosial dasar dan sosial-ekonomi sistem perlindungan bagi keluarga
miskin dan usaha mikro. Amartha Microfinance
adalah bangga bermitra dengan Yayasan peramu sejak 2010 dalam proyek
pembangunan assistance. Micro Save adalah kelompok profesional yang
berpengalaman memberikan bantuan teknis kepada lembaga keuangan dan telah
secara rutin digambarkan sebagai perusahaan konsultan yang paling dapat
diandalkan untuk layanan keuangan.
· MicroSave
Indonesia Microfinance Association (IMA) adalah jaringan
nasional independen keuangan mikro, dan non-partisan, di mana anggota IMA
terdiri dari berbagai jenis LKM seperti BPR / BPRS, Koperasi, Yayasan, Modal
Ventura, Bank Umum, dan lain-lain. Ini memudahkan anggota untuk meningkatkan
akses dan kesempatan untuk belajar, memperkuat kemitraan, kolaborasi dan
sinergi yang menguntungkan anggota. Misinya adalah dua kali lipat: membangun
kapasitas LKM anggota untuk menawarkan akses yang adil ke layanan keuangan
untuk rumah tangga berpendapatan rendah secara efisien, jujur, berkelanjutan,
inovatif dan transparan dan menjadi sebuah forum advokasi yang efektif dan
suara dari industri keuangan mikro di Indonesia . Microfinance Amartha adalah
anggota aktif dari IMA sejak 2011, dan terlibat dalam berbagai program dan
inisiatif yang diselenggarakan oleh IMA.kami berterima kasih atas dukungan dari
individu-individu yang luar biasa yang telah memberi kontribusi pada Keuangan
Mikro Amartha. Kami bangga menyebut mereka sebagai Friends of Amartha.
Andi Taufan Garuda Putra Membantu Warga Miskin
Jalanan berbatu dan becek menyongsong begitu kami memasuki
desa-desa ini. Motor salah satu teman kami bahkan tergelincir karena jalanan
yang licin, dan sepatu pun nyaris masuk ke kubangan lumpur yang
"menghiasi" sepanjang jalan-jalan berbatu yang kami lewati.
Tak disangka, ini adalah jalanan utama sebuah desa yang
berlokasi kurang dari 50 kilometer dari Ibu Kota Negara.Ternyata bukan hanya
kondisi jalanan yang memprihatinkan, kemiskinan masyarakat di situ pun membuat
hati miris. Di kawasan ini nuansa ketertinggalan mencakup area yang relatif
luas dan terkait dengan sejumlah besar warga. Gerak kehidupan di sini terlihat
timpang dibandingkan dengan di perumahan di sekitarnya. Rumah-rumah warga di
kawasan ini kebanyakan terbuat dari bahan bilik bambu, berlantai tanah, dengan
fasilitas sanitasi dan penerangan yang sangat tidak memadai, sementara warga
perumahan yang berlokasi tak jauh dari sini, rata-rata bermobil.
Di tengah kondisi inilah Andi Taufan Garuda Putra (23) dan
kawan-kawannya datang menawarkan solusi. Melalui koperasi yang mereka dirikan,
Amartha Microfinance atau Koperasi Amartha Indonesia (KAI), Taufan mencoba
membantu warga setempat untuk bangkit dari keterpurukan dan mendampingi mereka
meningkatkan taraf kehidupan.
Bersama teman-temannya, Taufan mengembangkan model pinjaman
seperti Grameen Bank dengan memasukkan konsep pinjaman syariah. Ia membentuk
kelompok perempuan beranggotakan 20 orang, kemudian memberi pinjaman Rp 500.000
dengan jangka waktu pengembalian 50 minggu. Selain itu, ia rutin menggelar
pertemuan mingguan, di mana di setiap pertemuan anggota kelompok membayar
cicilan pinjaman mereka dengan jumlah sekitar Rp 13.000.
Hingga kini Taufan telah berhasil membentuk lima kelompok
perempuan dengan masing-masing anggota kelompok berjumlah 15-20 orang, di lima
RT di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Apabila ada anggota yang kesulitan
mengembalikan pinjaman, kelompok akan mengembalikan pinjaman dengan sistem
tanggung renteng. Melalui kelompok ini, warga juga bersama-sama belajar
menabung dan mengelola keuangan keluarga mereka yang serba terbatas.
Setiap orang yang akan meminjam uang menceritakan kepada SH
tentang penggunaan uang pinjaman mereka. Ada yang untuk membayar utang,
menambah modal berjualan sayur, untuk membeli bibit dan pupuk, membayar uang
sekolah anak, atau untuk memperbaiki rumah mereka yang kondisinya sudah tak
layak huni.
Tim Taufan tampak
akrab dengan warga, walaupun saat SH ikut menyusuri dusun-dusun,
sebagian penduduknya masih tampak menyimpan curiga. "Kemiskinan membuat
mereka inferior dan cenderung curiga terhadap orang asing," ujar Taufik
dari Amartha ketika melihat beberapa warga menghindar saat kami datangi.
Dana Pribadi
Sepak terjang Taufan dan Amartha ini bisa dibilang relatif
baru, namun keputusannya untuk menekuni bidang ini patut diacungi jempol. Tidak
banyak anak muda seusianya yang memiliki ketertarikan dan pemikiran cukup
mendalam terkait persoalan kemiskinan. Dengan langkah cukup berani, pada
usianya yang tergolong muda, Taufan meninggalkan pekerjaan kantorannya dan
merintis koperasi untuk membantu kalangan miskin.
Menurut anak pertama dari dua bersaudara ini, ia memilih
wilayah kerja Amartha di Bogor, karena penduduk di wilayah ini merupakan yang
termiskin di Jawa Barat. Perlu riset panjang dan waktu sebulan lebih untuk
menemukan Desa Cibeuteung Udik, Karihkil, dan Putatnutug di Kecamatan Ciseeng
yang letaknya di pelosok, dan selama ini belum terjamah bantuan modal.
Sementara itu, jumlah warga miskin di kawasan ini mencapai 20 persen dari
jumlah penduduknya.
Pada masa awal implementasinya, Taufan dan tim menggunakan
dana pribadi sebagai dana pinjaman yang diberikan pada perorangan. Kini dia
terus berupaya membuka mata berbagai pihak donor tentang pentingnya membantu
modal usaha skala mikro. "Beberapa perusahaan besar sudah mulai menangkap
peluang usaha ini, karena memang menguntungkan. Kami dari Amartha melakukannya,
antara lain, juga karena ingin membantu masyarakat bawah ke akses modal,"
ujar Hardi, salah satu pendiri Amartha.Menurut Taufan, kehidupÂan masyarakat
miskin ini bisa berubah ketika memiliki akses ke kapital. Taufan dan timnya
berharap jumlah warga miskin yang akan dibantu melalui Amartha akan terus bertambah
dari jumlah 100 orang yang sekarang ini mereka tangani.
Dengan demikian, dia dapat turut membantu mengentaskan
masyarakat dari lingkaran kemiskinan. Selama ini, warga miskin sulit
mendapatkan akses modal karena kemiskinan dan ketertinggalan mereka.
"Jangankan ke bank, membaca dan mengisi formulir sederhana saja mereka
perlu kami bantu,"ujar Taufan.
Bank Yayasan-MicroSave Indonesia keuangan mikro program
bantuan teknis bertujuan untuk memperkuat kelompok memilih LKM. MicroSave
menerima tanggapan yang luar biasa dari Bank Perkreditan Rakayat (bank lokal)
dan Kredit Pedesaan dan Koperasi Tabungan. Tim Micro Save telah melakukan 13
Penilaian Kelembagaan cepat di seluruh Jawa dan dipilih 6 lembaga di bawah
tahap pertama dari program - KBPR Arta Kencana, BPR Arthaguna Sejahtera, BPR
Sadhya Muktiparama, BPR Mekar Nugraha, CU Sawiran, KSU Sanama dan Keuangan
Mikro Amartha. Deliverable pertama dari latihan, program Bisnis Perencanaan
Strategis, juga telah dimulai dengan lembaga-lembaga yang dipilih. Micro Save
telah melakukan rencana bisnis strategis untuk CU Sawiran - untuk menganalisis
posisi strategis saat ini dan mengembangkan arah masa depan tindakan untuk
memenuhi tujuan yang diinginkan dan tujuan utama yang pada akhirnya akan
membantu lembaga dalam mencapai visi dan akhir missio. MicroSave berencana Mini
AMI (Applied Keuangan Mikro Institute) Indonesia,
Pinjaman Lunak
Jalanan menuju Desa Cibeuteung Udik, Ciseeng, Bogor masih
berupa tanah selebar kira-kira 1 meter. Sebagian agak berlumpur akibat hujan. Di
desa ini memang belum tersedia akses jalan beraspal. Untuk masuk ke desa ini
memakan waktu sekitar setengah jam dengan sepeda motor dari Kabupaten Parung,
Bogor. Di kiri-kanan terlihat sawah-sawah dan gubug penduduk.
Asmanah baru saja pulang selepas mencari keong di sawah.
Itulah kegiatan rutinnya setiap hari dari pagi hingga siang. Keong-keong di
dalam ember itu untuk pakan 13 bebeknya yang ia beli sejak setahun lalu.
Asmanah beternak bebek untuk dijual telurnya. Ia tidak bisa
sepenuhnya bergantung dari penghasilan suaminya 50 ribu rupiah per hari sebagai
buruh tani.
"Ya saya ingin sendiri saja pelihara bebek, buat
bantu-bantu suami, jajan anak kan dari jualan telor. Satu telor dijualnya 1.000
rupiah. Dulu beli masih kurus-kurus, saya kasih makan terus, 2 minggu baru dia
nelorin, kadang 10-11 telor sehari. Cukup gak cukup lah untuk keluarga",
kata Asmanah sambil tertawa.
Asmanah bercerita, awalnya ia tidak punya uang untuk membeli
bebek. Ia takut meminjam dari bank karena tidak punya harta benda yang bisa
dijaminkan. Apalagi, uang yang ia butuhkan juga tidak banyak. Karena itu, saat
Koperasi Amartha Indonesia menawarkan pinjaman tanpa jaminan dengan bunga
rendah, ia pun langsung mengiyakan.
"Yang 3 sisa dari bapaknya, dari Amartha cuma kebeli 10
ekor. Dapat pinjaman 500 ribu buat beli bebek, 1 bebek 40 ribu. Yang 100 lagi
buat bikin kandangnya. Tadinya saya tidak niat mau pinjam, tapi kata orang, ada
yang mau kasih duit, buat beli bebek dan kambing."
Sebelumnya Asmanah sudah 8 tahun beternak bebek. Tapi semua
ternak itu ia jual saat anaknya sakit-sakitan. Kemudian ia tak sanggup lagi
membeli bebek. Asmanah tak berani meminjam uang di bank."Belum pernah,
takut tidak kebayar."
Untuk uang 500 ribu rupiah yang dipinjam dari Amartha,
Asmanah cukup membayar cicilan 13.600 rupiah per minggu selama setahun. Jumlah
itu sudah termasuk bunga sekitar 20 persen. Saat ini, ia hampir melunasi
pinjamannya. Tahun depan, ia berencana meminjam 1 juta rupiah untuk menambah
modal usaha jualan telur bebek.
"Mau beli bebek lagi, ini kan cuma ada 13, kalau udah
sakit kan dijual, beli harganya 40 ribu jual cuma laku 20 ribu kadang 15 ribu,
apalagi kalau kakinya tidak bisa jalan. Kata bapaknya, beli saja lagi 10 bebek,
sisanya buat beli seragam anak dan sepatu sekolah."
Dengan pinjaman 500 ribu rupiah per tahun dari Koperasi
Amartha Indonesia, hidup Asmanah terbantu. Menurut pendiri Koperasi Amartha
Indonesia, Andi Taufan, pinjaman 500 ribu rupiah per tahun ini pas untuk
memulai usaha skala rumah tangga bagi masyarakat desa.
Nilai 500 ribu itu kita sudah survey ke desa, kalau mau
memulai usaha berapa umumnya, standarnya, resikonya juga bisa kami kelola.
Resiko perorangan cukup kecil, itu bisa memberi nilai tambah, bisa memberikan
modal awal dan berputar usahanya. Ketika mereka sudah siap dengan pembiayaan
lebih besar, setahun mereka bisa akses modal lebih besar lagi, yakni satu juta
rupiah.
Taufan menambahkan, maksimal peminjaman yang ditawarkan
Amartha adalah 3 juta rupiah per tahun. Jika lebih dari itu, maka usaha si
peminjam dinilai sudah cukup berkembang sehingga mampu meminjam dari bank atau
pun lembaga keuangan lainnya. Ketua RT di Kampung Cigelap, Cibeuteung Udik,
Dadang mengatakan, banyak potensi ekonomi desa yang bisa dikembangkan berkat
kehadiran Koperasi Amartha.
"Ya namanya di kampung, pengalaman dan pendidikan
kurang. Kalau ada modal, Insya Allah bisa nambah penghasilan. Ada kerajinan
tangan, dagang keliling kampung, ada yang punya ternak bebek, yang banyak
ternak bebek, udah merasakan hasil dan buktinya."
Dadang menyayangkan sikap pemda serta bank yang enggan
memberikan pinjaman modal kepada masyarakat desa, apalagi kaum perempuan. Ada
anggapan umum, jika berinvestasi di pelosok desa maka sudah pasti akan
merugi."Setahu saya memang belum ada dukungan dari pemerintah. Mungkin
pemerintah juga melihat keadaan, apa yang menguntungkan dari desa ini?"
(Kenapa tidak mencoba pinjam bank?)
"Bukan tidak mau orang di kampung pinjam duit ke bank,
banyak dah syarat-syaratnya. Permintaan orang Bank, ditanya usaha? Boro-boro
buat usaha, tidak ada modal gimana usahanya. Kita kan mengajukan untuk buat
usaha, gimana mau maju?"
Koperasi Amartha yang dibentuk sejak 2009 lalu ini memang
bertujuan menggerakkan roda ekonomi desa melalui pemberdayaan kaum perempuan.
Tujuannya untuk mempersempit jurang kesenjangan antara warga kota dan desa.
Seratus persen anggota koperasi adalah perempuan. Bagaimana koperasi ini
berjalan ?
Perempuan Berdaya
Belasan perempuan berkumpul di teras sebuah rumah di Desa
Putatnutug (Baca: PU-TAT-NU-TUK), Kecamatan Ciseeng, Bogor. Di antara mereka,
tak sedikit yang menggendong anak balitanya. Mereka adalah anggota Kelompok
Mawar Koperasi Amartha. Pertemuan kelompok ini digelar saban Kamis siang.
Ibu-ibu Putatnutug itu membacakan ikrar kelompok. Isinya
antara lain, perempuan ikut bertanggung jawab pada pendapatan keluarga,
menjamin anak tetap sekolah, membayar pinjaman, dan saling membantu
antaranggota kelompok.
Kelompok Mawar adalah salah satu dari 60-an kelompok
perempuan binaan Koperasi Amartha di Ciseeng. Saat ini, total anggotanya
berkisar 1.000 perempuan yang tersebar di tujuh desa.
Setelah pembacaan janji selesai, pendiri sekaligus petugas
lapangan Koperasi Amartha, Andi Taufan dan rekannya, Aji mulai menghitung
setoran cicilan pinjaman. Rentang cicilan berkisar antara 12 ribu hingga 14
ribu rupiah per minggu. Ini tergantung dari bagi hasil usaha dan kemampuan per
orang. Jika ada anggota kelompok yang tidak disiplin melunasi cicilan, maka
Amartha menerapkan sistem tanggung renteng, yakni seluruh anggota kelompok yang
bertanggung jawab membayar.
Syarat untuk menjadi anggota Amartha tidak sulit. Selain
wajib hadir dalam pertemuan kelompok, mereka juga harus sudah menikah dan
mendapat izin suami. Syarat menikah sesuai dengan tujuan Amartha agar pinjaman
itu bisa membantu meningkatkan penghasilan keluarga. Ijin suami diperlukan
karena pinjaman itu harus dikelola bersama dalam keluarga.
Tak hanya menyetor cicilan pinjaman, mereka pun juga
diajarkan menabung setiap minggu. Tanpa bunga dan potongan.
Koperasi Amartha bergerak dari keprihatinan Andi Taufan akan
sulitnya akses modal bagi masyarakat desa. Amartha menyasar kaum perempuan,
karena menurut pemuda berusia 24 tahun itu, perempuan punya peran penting
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
"Ketika perempuan punya peran bisa memberikan
penghasilan tambahan buat keluarga, kita memberdayakan perempuan, punya posisi
tawar di keluarganya, yang tadinya dia hanya menerima uang sehari-hari buat
dibelanjakan, di sini dia bisa menghasilkan uang buat apa yang mereka
rencanakan. Dia prioritaskan itu untuk keluarga dan anak-anak untuk sekolah,
kualitas hidup meningkat, punya sanitasi lebih baik, dari kamar mandi luar jadi
di dalam. Yang tadinya rumah ada yang masih panggung, di plester pakai semen
dan bilik jadi bata."
Taufan juga mengajak investor untuk mau berpartisipasi dalam
peminjaman modal skala kecil."Sebenarnya, keuntungan yang mereka dapat
nilainya lebih besar daripada mendepositokan di bank, contohnya mereka yang
berinvestasi selama 3 tahun, per tahun untung bisa 9-12 persen, kalau deposito
di bank paling tinggi 6 persen. Daripada duitnya mengendap di bank, lebih baik
uangnya berputar buat orang-orang yang membutuhkan, jadi uang punya arti."
Atas kiprahnya ini, akhir bulan lalu Andi Taufan diganjar
penghargaan Satu Indonesia sebagai pelopor gerakan ekonomi mikro untuk
masyarakat pedesaan.Saat ini, semakin banyak perempuan Ciseeng yang ingin
mengajukan permohonan pinjaman dari Amartha. Tak sedikit pula yang ingin
melanjutkan pinjaman yang lebih besar. Salah satunya, Siti Juhairiah.
"Cari modal buat bapaknya dagang. Dia kan dagang jus
buah, jadi buat belanja buah, gula dan es nya. Di Jakarta, di Kebayoran
usahanya. Cicilan 13.500 seminggu. Selalu lancar. Insya Allah mau mengajukan
pinjaman lagi. Bapaknya lagi mogok usahanya, di Jakarta kan sewa tempat, nah
tempatnya diambil alih sama yang punya, sementara mau cari duit lagi buat cari
tempat untuk usaha lagi."
Melanjutkan pinjaman juga akan dilakoni Sawinah. Saat
ditemui, ia tengah meletakkan gulungan tikar di depan gubugnya. Tikar berukuran
3x3 meter hasil anyamannya itu berdiri tegak di dekat bilik pintu. Janda 60
tahun itu terlihat sumringah meski guratan lelah terpancar dari wajahnya.
Seperti Asmanah dan Siti, Sawinah pun meminjam 500 ribu
rupiah dari Amartha. Uang itu untuk biaya sekolah anaknya. Sisanya untuk modal
menganyam tikar."Untuk anak
sekolah, saya pingin lanjut. Apalagi biaya sekolah naik lagi ya, udah 80
sebulan, sekarang 100 saya bingung bagaimana. Kalau berhenti sayang sudah di
tengah-tengah. Sisanya untuk beli bahan baku tikar. Jauh beli bahan bakunya di
Cilangkap, jalan kaki saja dari sawah."
KESIMPULAN
Amartha adalah lembaga keuangan mikro khusus menyediakan
jasa keuangan kepada klien yang lebih miskin dan lebih rentan daripada klien
bank tradisional. Kami terdaftar secara hukum organisasi sebagai Koperasi
Amartha Indonesia. Kami bertujuan turun langsumg ke lokasi dan sistem perbankan
manusiawi berdasarkan saling percaya.
Melalui system perbankan berbasis ikatan kepercayaan, akuntabilitas,
partisivasi, dan kreativitas. Elemen tabungan dan pinjaman yang diberikan dilengkapi
dengan pendidikan dasar keuangan.
Amartha Microfinance
memberikan pinjaman modal kepada warga miskin di pelosok desa, tanpa harus
memberikan surat berharga sebagai jaminan.Dengan harapan kehidupan masyrakat
miskin ini bisa berubah ketika memiliki akses ke capital.
Sumber: http://www.kbr68h.com/saga/77-saga/16035-amartha-pemberdaya-perempuan-papa
Nama : Tuti winarti
Andri
Indriawan
Angga Nur
Rahman
Anis
khoirunisa
Ulfa
Ramadhani Manyira
Sabrina
Fabrella Gianti
Rio Achmad
Wijaya
Kelas : 2EA10