Percayalah bahwa kesulitan itu membuat kita menjadi jauh lebih tangguh.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Analisis Jurnal Koperasi


REVIEW JURNAL

 ABSTRAK

Program pola perkuatan dana melalui pola perguliran pada dasarnya adalah suatu upaya kelembagaan (institutional building) yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kinerja usaha UKM/anggota KSP/USP Koperasi. Hal ini sekaligus untuk meningkatkan kinerja KSP/USP Koperasi sebagai lembaga intermediasi dalam program perguliran dana. Dalam kerangka yang lebih luas, program ini diharapkan menjadi inisiasi dan trigger untuk mengembangkan perekonomian wilayah melalui aktivitas ekonomi produktif sesuai dengan keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah bersangkutan.
Secara teoritis, dalam kerangka kelembagaan, aturan main (rules of the game) dan aturan representasi (rules of the representation) sangat perlu dituangkan dalam bentuk petunjuk program perguliran dana. Aspek-aspek penting di dalam aturan tersebut harus senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai keadilan sebagai prasyarat kecukupan (sufficient condition), selain nilai-nilai efisiensi sebagai prasyarat keharusan (necessary conditon). Nilai keadilan sebagai prasyarat pokok keberhasilan program, dapat diuji dengan pertanyaan : (a) apakah sumberdaya program perguliran untuk usaha anggota koperasi/UKM telah terdistribusi secara adil; (b) apakah aturan main telah mencerminkan distribusi program secara adil; (c) apakah akses terhadap peluang KSP/USP untuk ikut serta dalam program telah terdistribusi secara adil, dan (d) apakah peluang UKM/anggota koperasi telah terdistribusi secara adil pula?
Memang tidak mudah menelaah aspek-aspek nilai tersebut secara kuantitatif, namun kajian ini telah berusaha mengevaluasi seluruh bangunan kelembagaan program perguliran. Telaahan dilakukan mulai dari bentuk konsep, pelaksanaan hingga pengaruh program, sesuai dengan batasan-batasan yang ada. Beberapa indikator telah dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan untuk pengembangan KSP/USP Koperasi.
Program dana bergulir saat ini telah berkembang pada aspek jumlah maupun keragaman disain modelnya. Semula program ini lebih bersifat sosial, kemudian dikembangkan menjadi program dana bergulir dengan mengatur penggunaan maupun pengembaliannya. Metodenya telah diarahkan pada sasaran pemenuhan permodalan secara bergulir agar terdistribusi lebih merata calon peserta lainnya. Komponen dalam struktur organisasi kelembagaan program dana bergulir saat ini adalah :

(a) lembaga sumberdana perguliran;

(b) pelaksana dan penanggungjawab kegiatan dana bergulir;

(c) bank pelaksana;

(d) fasilitator/pendamping anggota koperasi/UKM penerima bantuan dana bergulir;

(e) KSP/USP Koperasi sebagai lembaga intermediasi yang menerima dan menyalurkan dana bergulir;

(f) Kelompok Kerja (Pokja) tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota yang berfungsi menetapkan peserta perguliran, mengawasi dan menilai kesehatan usaha KSP/USP Koperasi dan hal-hal teknis lainnya.

 1. PENDAHULUAN

Upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, dalam banyak hal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dunia usaha. Dalam konteks ini, pengembangan bisnis usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih menghadapi kendala klasik yaitu permodalan. Inti permasalahannya adalah kondisi internal UMKM yang belum memenuhi persyaratan dan prosedur di lembaga keuangan, sedangkan lembaga keuangan menganut prinsip kehati-hatian (prudential principles).
Dalam kaitan ini, koperasi simpan pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP Koperasi) diharapkan menjadi lembaga intermediasi untuk mengatasi kebutuhan modal UMKM, tanpa mengabaikan prinsip yang berlaku. Dewasa ini, tercatat sekitar 36.700 unit KSP/USP Koperasi, dengan anggota/nasabah sekitar 10,5 juta orang, asset lebih kurang Rp. 6,5 trilyun dan pinjaman yang disalurkan antara Rp. 4,5-6,0 trilyun. Data ini merefleksikan peran substansial dan kapasitas KSP/USP Koperasi dalam mobilisasi dana untuk mendorong kekuatan UMKM kearah yang lebih produktif dan mandiri.
Sementara itu, sejak tahun 2001 pemerintah melalui Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM (Kementerian KUKM) telah menyalurkan bantuan dana perkuatan bagi KSP/USP Koperasi yang bersumber dari Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM). Program perkuatan dimaksud bersifat stimulan dalam bentuk penyaluran dana bergulir (revolving fund) dengan jumlah bervariasi. Nilai sebesar Rp. 100 juta diberikan kepada KSP/USP Koperasi Pola PKPS-BBM, Rp. 1 milyar untuk KSP/USP Koperasi Pola Agribisnis, dan KSP/USP Syariah sebesar Rp. 50 juta.

Tujuan program dana bergulir ini antara lain adalah untuk:

a). meningkatkan aktivitas dan pendapatan UMKM melalui pelayanan simpan pinjam;

b). meningkatkan kemampuan dan jangkauan layanan KSP/USPKoperasi, di sektor agribisnis;

c). meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola KSP;

d). meningkatkan akses anggota dan calon anggota untuk memperoleh pelayanan pinjaman dari KSP/USP Koperasi;

e). khusus bagi KSP/USP Koperasi Syariah adalah memberdayakan UMKM melalui kegiatan usaha yang berbasis Syariah.

 2. TUJUAN DAN SASARAN KAJIAN

Tujuan kajian adalah :

1) Mengidentifikasi kegiatan usaha KSP/USP Koperasi dengan Pola PKPS BBM, Pola Agr ibisnis dan Pola Syariah;

2) Mengetahui dampak program dana bergulir terhadap usaha KSP/USP Koperasi dengan Pola PKPS

BBM, Agribisnis dan Syariah;

3) Menyusun model alternatif program perkuatan dana bergulir.

Adapun sasaran kajian adalah tersedianya bahan kebijakan tentang pembinaan KSP/USP Koperasi pengelola program dana bergulir dengan Pola Agribisnis dan Pola Syariah.

 3. HASIL KAJIAN
KSP/USP pola Agribisnis relatif mempunyai keragaan yang lebih baik dibandingkan dengan KSP/USP Koperasi pola lainnya. Pada dasarnya, pengukuran kinerja investasi/keuangan KSP/USP Koperasi dapat dijelaskan dengan semakin membaiknya struktur permodalan, meningkatnya kapabilitas penyediaan dana bagi UMKM, membaiknya asset, bertambahnya anggota UMKM dan jumlah peminjam, pinjaman yang diterima, jumlah penyimpan dan jumlah dana yang disimpan serta kualitas pinjaman.
Dalam hal peran koperasi sebagai institusi intermedier, persepsi yang ditemukan ternyata menunjukkan fakta yang cukup baik. Berbagai pihak, baik anggota masyarakat, pemuka, anggota koperasi, pengurus maupun pihak-pihak yang diwawancarai mengemukakan keragaan yang cukup baik.
Selanjutnya untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi kinerja koperasi dalam perguliran dana bantuan dipergunakan model ekonometrik yang berbentuk hubungan kausal antara variabel dependen dan independen. Variabel dependen mempresentasikan kinerja:

(a) ketepatan waktu penyaluran dana,

(b) ketepatan jumlah penyaluran dana,

(c) ketepatan sebaran penyaluran dana, dan

(d) kesesuaian mekanisme penyaluran dana.

 Sedangkan variabel independennya adalah:

(1) proses seleksi penerimaan bantuan,

(2) kemanfaatan proses seleksi,

(3) efektivitas proses pencairan dana,

(4) efektivitas proses pendampingan,

(5) efektivitas penyaluran oleh Bank Pelaksana,

(6) efektivitas tenaga pendamping, dan

(7) pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi.

 Untuk komparasi, dalam pola perguliran dana dipergunakan variabel boneka (dummy variables), yaitu:

(a) pola PKPS-BBM, (b) pola Agribisnis, dan (c) pola Syariah.

 Pengukuran terhadap Ketepatan Waktu dalam Proses Penyaluran dan Penerimaan Bantuan Perkuatan oleh KSP/USP Koperasi menggunakan model :

[KSP]1 = f (Ps, Ms, Efc, Efd, Efb, Efp, Mv)

Keterangan :

[KSP]1 = Realita ketepatan waktu penyaluran bantuan perkuatan

Ps = Proses seleksi penerimaan bantuan

Ms = Kemanfaatan proses seleksi

Efc = Efektivitas proses pencairan dana

Efd = Efektivitas proses pendampingan

Efb = Efektivitas penyaluran oleh Bank Pelaksana

Efp = Efektivitas tenaga pendamping perguliran dana

Mv = Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

D1 = peubah boneka pola PKPS-BBM versus Agribisnis

D2 = peubah boneka pola PKPS-BBM versus Syariah.

 Hasil analisis regresi menunjukkan keragaan estimasi parameter yang cukup layak sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Secara umum, fungsi regresi dengan nilai dugaan determinasi sebesar 65 persen menunjukkan bahwa fungsi ini cukup mampu menjelaskan formulasi hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel indikator (a) proses seleksi dan (b) manfaat seleksi, menunjukkan pengaruh nyata dalam menjelaskan perilaku ketepatan waktu penyaluran dan penerimaan bantuan perguliran. Artinya, bila proses penyaluran dan penerimaan bantuan perkuatan dikehendaki lebih tepat waktu, maka harus disertai faktor proses seleksi dan persepsi manfaat program seleksi yang lebih baik bagi calon-calon koperasi penerima manfaat program perguliran tersebut.

 4. KESIMPULAN

Secara umum temuan lapangan mengindikasikan beberapa hal sebagai berikut :

-       Informasi secara acak dari beberapa orang anggota/nasabah menyatakan bahwa bantuan dana telah dirasakan sebagai peluang untuk memperkuat modal usaha.

-       Pembinaan oleh bank pelaksana melalui proses pendampingan dan monitoring, walau telah dirumuskan ternyata belum dilakukan dengan baik sesuai petunjuk normatifnya. Beberapa faktor penyebab di antaranya adalah mekanisme tanggungjawab, prosedur dan materi bimbingan oleh bank pelaksana tidak termonitor oleh Pokja Keuangan Kabupaten/Kota.

-       Dalam memfasilitasi program dana bergulir, bank pelaksana tampaknya harus melabelkan diri sebagai .konsultan. KSP/USP Koperasi. Sedangkan pembinaan itu memerlukan effort yang tidak mudah dan beban biaya yang tidak ringan. Hal ini mengingat keragaman kinerja dan prestasi KSP/USP Koperasi terpilih, serta sebaran wilayah KSP/USP Koperasi yang secara lokasional sangat luas. Selanjutnya, masih terdapat perbedaan persepsi mengenai lingkup pembinaan oleh bank pelaksana. Di satu sisi, bank pelaksana beranggapan hanya terlibat pada awal perguliran. Di sisi lain, pembinaan dirancang dengan mencakup seluruh aspek manajemen, termasuk pengembangan kelembagaan dan sumberdaya manajerialnya.

-       Program pendampingan belum berlangsung sebagaimana dimaksud dalam Juknis, terutama di daerah luar Pulau Jawa dan wilayah remote, sehingga praktis proses pengembangan kapasitas dan potensi KSP/USP Koperasi tidak ditemukan.

-       Pada program tahun 2003 dan 2004, untuk pola PKPS-BBM dan Syariah, perguliran dana hanya sebesar Rp. 50 juta sehingga tidak sesuai dengan kompleksitas usaha UKM (pada program 2005 jumlahnya telahditingkatkan menjadi sebesar Rp. 100 – Rp. 150 juta). Sistem administrasi pembukuan simpan pinjam belum sepenuhnya diaplikasikan dengan tertib sehingga perlu menjadi perhatian dalam proses pembinaan dan pendampingan di masa mendatang.

-       Output program dana bergulir dari pola PKPS-BBM tahun 2003.2004 relatif kurang memenuhi harapan dibandingkan dengan dua pola lainnya, termasuk mengenai ketidaktepatan pihak yang dilayani (anggota dan non anggota), sistem dan disain administrasinya. Bentuk ketertiban yang diharapkan sulit ditemukan, karena umumnya pelayanan dilakukan lebih berbentuk layanan harian. Sementara untuk pola Syariah, walaupun pinjaman dana umumnya dapat kembali, namun mekanisme penetapan nasabah dan pembuatan akad masih secara sepihak atau bahkan tanpa akad tertulis. Oleh karena itu, program pendampingan harus mencakup aktivitas tranformasi dari bentuk konvensional harus dengan sesuai konsep Syariah.



DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, S. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 10 for Windows. Edisi Revisi. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Anonim, 2005. Rencana Tindak Jangka Menengah (RTJM) Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Tahun 2005-2009.
3.      _______, 2005. Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009.
4.      _______, 2002. Pembangunan Sistem Agribisnis Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional, Departemen Pertanian, Jakarta.
5.      _______, 2003. Ekonomi Kerakyatan Dalam Kancah Globalisasi. Kantor Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah.
6.      _______, 2002. Pengukuran Analisis Ekonomi dan Keuangan Tingkat Kinerja Investasi Usaha Kecil dan Menengah pada Beberapa Sentra/Klaster.Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta.
7.      _______, 2002. Pengukuran Analisis Ekonomi Kinerja UKM dalam hal Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) Nasional Tahun 2002. Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan BPS, Jakarta.
8.      _______, 2001. Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah dan Ekspor UKM serta Peran Terhadap Tenaga Kerja Nasional dan PDB Menurut Harga Konstan dan Harga Berlaku. Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan BPS, Jakarta.

ANALISIS
Jadi analisis saya mengenai jurnal koperasi yang sudah saya baca tersebut adalah Koperasi merupakan organisasi atau perkumpulan yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan anggotanya dan membantu perbaikan ekonomi masyarakat sekitar. Maka dari itu pengembangan bisnis usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus segera di tingkatkan dengan cara mengatasi masalah yang bersifat klasik seperti terkendalanya modal untuk pengembangan lebih lanjut. Untuk pemecahan masalahnya pemerintah melalui Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM (Kementerian KUKM) harus mengucurkan dana lebih untuk masyarakat atau kelompok yang ingin mendirikan koperasi untuk kesejahteraan orang banyak.

Sumber : http://lestarieb.wordpress.com/2011/12/24/review-jurnal-koperasi-9/

Sabtu, 20 Oktober 2012

KOPERASI AMARTHA MICROFINANCE



KOPERASI AMARTHA MICROFINANCE

Andi Taufan Garuda Putra  Dirikan Lembaga Pembiayaan Demi Kaum Papa
Prihatin melihat akses pemodalan warga di pelosok desa membuat Andi Taufan Garuda Putra mendirikan lembaga pembiayaan mikro Amartha Microfinance di kecamatan ciseeng, bogor hanya dengan Rp 10.000.000, kini ia mampu menyalurkan kredit untuk 1.050 orang kepala keluarga yang notabennya adalah warga miskin pedesaan.

Warga desa yang di pelosok adalah salah satu kelompok yang minim akses permodalan, terutama akses modal dan perbankan. Selain jarak yang jauh, warga juga sulit mengakses persyratan pinjaman dari perbankan.prihatin dengan kondisi membuat Andi Taufan Garuda Putra merasa terpanggil untuk membantu warga desa mendapatkan modal.

Wujud keprihatinan itu ditunjukan Taufan dengan mendirikan lembaga permodalan bernama Amartha Microfinance  pada tahun 2009 di kecamatan ciseeng, kabupaten bogor. Untuk program itu, pria berusia 24 tahun itu rela merogoh kocek sebesar Rp. 10.000.000.

Taufan membuat konsep pinjaman yang mudah dan tidak jelimet. Amartha Microfinance memberikan pinjaman modal kepada warga miskin di pelosok desa, tanpa harus memberikan surat berharga sebagai jaminan.

Tak hanya itu, Taufan ingin warga di desa pelosok bisa bebas dari jeratan rentenir yang setiap saat mengintai. Dengan Amartha Microfinance Taufan berharap agar warga bisa mendapatkan modal untuk bertani, berkebun, dan berdagang.

Karena mudah memberi  pinjman, Amartha pun terkenal di kalangan warga desa. Hanya dalam tempo dua tahun, Amartha berhasil mengumpulkan nasabah sebanyak 1.050 kepala keluarga. Mereka ini warga di 21 desa di kecamatan ciseeng.

Membiaknya jumlah nasabah itu pun membuat dana kelolaan amartha membengkak dari 10 juta menjadi 100 juta. Namun, meski boleh meminjam tanpa jaminan, taufan tetap memberikan persyratan bagi calon peminjam. Yakni mereka harus ikut kelompok usaha mikro. Setiap kelompok ini beranggotakan 15 sampai 20 orang.

Untuk tahap awal atau level pertama, setiap anggota kelompok bisa meminjam Rp. 500.00 pertahun, dengan system pengembalian tanggung renteng bersama kelompok, taufan berupaya mengedukasi warga agar saling mengingatkan agar membayar kredit secara disiplin.
Jika ada kredit macet, dalam dua tahun dana kelolaan Taufan naik dari Rp 10 juta menjadi Rp. 100 juta maka pengembalian pinjaman menjadi tanggung jawab kelompok. Aturan pinjaman itu ternyata efektif bagi warga di pelosok desa sejauh ini kelompok bisa bekerja sama dengan baik.

Sejak memberikan pinjaman pada 2009 lalu, jumlah kelompok peminjam pun berkembang menjadi 56 kelompok. Setiap anggota kelompok bisa mengembalikan pinjaman dengan cara mencicil selama 50 minggu dengan system syariah. Prinsip syariah menggunakan system tawar – menawar cicilan yang harus dibayarkan.

Jika system syariah di konverensikann ke bunga, rata – rata bunga pinjaman Amartha itu antara 15% - 27% per tahun. Bunga yang terkumpul dari pinjaman itu mencapai Rp. 8.000.000 per bulan. Uang itu untuk operasional Amartha.

Tidak hanya memberikan modal saja, Taufan juga membekali nasabah Amartha itu dengan pendampingan usaha, serta membangun mental, karakter, dan tanggung jawab. Hanya dengan nilai – nilai moral seseorang bisa berhasil dengan usaha.

Jika nasabah dalam satu kelompok bisa melunasi pinjaman tepat waktu tanpa ada kredit macet. Maka kelompok akan naik level . itu berarti anggota kelompok bisa mendapatkan pinjaman yang lebih besar, yakni Rp. 1.000.000 per anggota.

Namun Taufan membatasi pinjaman untuk level nasabah tertinggi hanya sebesar Rp. 3.000.000 saja jika anggota atau nasabah itu ingin pinjaman lebih besar, maka Taufan menganjurkan warga meminjam ke perbankan. Selain memberikan usaha kepada warga, Taufan juga mengajak warga gemar menabung . untuk program ini Taufan melalui Amartha membuat program tabungan melalui kerjasama dengan bank.

Imbuan untuk menabung ternyata membuahkan hasil. Dana tabungan nasabah sempat mencapai Rp. 600.000.000, tapi sekarang tinggal Rp. 30.000.000 karena warga mengambilnya untuk kebutuhan lebaran lalu.

Saat ini Taufan berharap bisa menambah nasabahnya dan bisa menyalurkan modal kepada 25.000 warga miskindari 80.000 warga kecamatan ciseeng. Selain itu Taufan juga berencana membuka cabang Amartha di seluruh pelosok banten. Ia melihat banyak warga pelosok banten yang juga butuh pembayaran.

Kepada pemerintah Taufan meminta  agar infrastruktur desa segera di perbaiki, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum. Lima tahun ke depan , Taufan memiliki target bisa memberikan manfaat untuk 100.000 nasabah dengan target dana kelolaan Rp.100 milyar. Dan berharap bisa bekerja sama dengan pihak lain untuk mengelola keuangan skala mikro ini, yang mendapat penghargaan satu Indonesia Award 2011 dari Astra International.


·         Cara Pemecahan Masalah
Memperdayakan penduduk bernafkah rendahmelalui system financial yang terjangkau.

v  Poin Pembeda
Melalui system perbankan berbasis ikatan kepercayaan, akuntabilitas, partisivasi, dan kreativitas. Elemen tabungan dan pinjaman yang diberikan dilengkapi dengan pendidikan dasar keuangan.

v  Dampak Sejauh ini
1.      Peningkatan micro-bisnis yang dilakukan nasabah, yang akhirnya membuka akses yang lebih baik ke pendidikan, infrakstruktur sanitasi, dan suplai makanan.
2.      Para nasabah lebih mampu mengatasi goncangan ekonomi.
3.      Akses ke service financial yang dapat membantu klien untuk membangun dan mengatur asset mereka.

v  Visi ke Depan
Amartha akan menyediakan layanan keuangan yang terjangkau bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan dalam jangka skala besar.

v  Tantangan yang dihadapi dan kebutuhan
Bantuan teknis untuk membuat instrument yang dapat mengukur dampak social kami di masyarakat.

Metodologi
1.      Pemilihan Desa
pemilihan desa untuk latar belakang sosial dan ekonomi, terdiri dari angka keluarga, pekerjaan, jenis rumah, kebutuhan sehari-hari, jumlah pendapatan, dan lain-lain.  Hal ini digunakan untuk memahami gambaran besar dari pasar  potensial untuk  dikembangkan.



2.      Rapat Umum
rapat umum ini adalah untuk memperkenalkan misi lembaga dan tujuan di tingkat desa. Ini adalah cara yang efektif untuk memprovokasi klien potensial untuk bergabung dengan program dan membuat group.

3.      Uji Kelayakan
uji kelayakan ini adalah proses analisis klien potensial melalui wawancara mendalam. Kami mengunjungi setiap klien yang sudah terdaftar di rumah mereka untuk menganalisis situasi sosial dan ekonomi mereka.

4.       Wajib Kelompok Pelatihan
pembuatan pinjaman kelompok, setiap klien akan berkumpul untuk membuat grup yang terdiri 15-20 orang dan juga kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang. Kelompok ini akan menjadi pertemuan mingguan pusat. Klien akan menerima pelatihan selama 3 hari berturut-turut tentang misi Amartha, persyaratan pembiayaan, kewajiban bersama sementara juga membangun budaya kepercayaan, disiplin, dan partisipatif.

5.      Alokasi Pendanaan
mereka mengaku menerima pinjaman setelah lulus pelatihan kelompok. Kelompok kecil akan memungkinkan mengajukan pinjaman dalam mekanisme 2-2-1. Dua yang pertama orang akan menerima pinjaman dan ikuti dengan orang lain setiap minggu

6.      Mingguan Pertemuan Kelompok
ini fase di mana kita memberdayakan klien kami melalui bantuan usaha untuk menjadi kontributor yang berharga dalam pembangunan ekonomi desa mereka sementara juga menyediakan mereka dengan kegiatan tabungan dan koleksi angsuran.

Tujuan Microfinance
            Microfinance  Purpose Amartha adalah lembaga keuangan mikro khusus menyediakan jasa keuangan kepada klien yang lebih miskin dan lebih rentan daripada klien bank tradisional. Kami terdaftar secara hukum organisasi sebagai Koperasi Amartha Indonesia. Kami bertujuan turun langsumg ke lokasi dan sistem perbankan manusiawi berdasarkan saling percaya, akuntabilitas, partisipasi dan kreativitas. Kami menyediakan pinjaman lunak untuk sekelompok orang di daerah pedesaan, tanpa jaminan. Kami akhirnya akan meningkatkan akses pendanaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di seluruh Indonesia pada skala besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Kami berharap bahwa di masa depan, setiap orang miskin dapat memiliki akses ke dana yang terjangkau sehingga mereka dapat mengejar hidup untuk tujuan yang lebih besar.

 Our Shared Vision
Visi kami untuk bersama  menjadi  LKM  nasional yang menyediakan jasa keuangan yang terjangkau dan memberikan layanan berkualitas tinggi kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam jangkauan besar. 

Our Shared Mision
Untuk memberdayakan masyarakat berpenghasilan rendah di daerah pedesaan dengan jasa keuangan yang terjangkau, memungkinkan mereka untuk mengejar kehidupan untuk tujuan yang lebih besar.



Nilai –Nilai Amartha
·         Nilai – nilai integritas  kami adalah Kejujuran dan kepercayaan dari kita sehingga menghasilkan kepercayaan dari anggota dan stakeholder.
·         Disiplin dalam sehari-hari kerja dan memastikan layanan Teamwork konsisten.
·         Teamwork - Kami adalah salah satu Amartha: Teamwork dengan tujuan terpadu .
·         Layanan dengan hati - kami melayani anggota dengan martabat, menghormati, dan responsif terhadap kebutuhan mereka.
·         Memberikan kinerja  yang unggul mengikuti mendefinisikan proses.

5 Tahun Tujuan Strategis
·         Memfasilitasi target kami dari 100.000 masyarakat berpenghasilan rendah untuk menerima jasa keuangan yang terjangkau untuk membantu mereka secara finansial mandiri.
·         Mengatur  Rp 100 miliar untuk didistribusikan bagi mereka 100.000 orang yang berpenghasilan rendah.
·         Berpokus pada penerapan keadaan teknologi seni dan mengacu praktik terbaik internasional dalam mencapai tingkat yang tepat dari efisiensi operasional dan membangun akuntanbilitas.
·         Membangun kemitraan yang kuat saling menguntungkan dan keterlibatan dengan investor, donor, pemerintah maupun anggota.
·         Memaksimalkan   nilai pemegang saham sementara menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Leadership
v  Andi Taufan Garuda Putra
Andi Taufan Garuda Putra, Co-Founder dan ChairmanTaufan mulai keterlibatannya dalam bisnis keuangan mikro sejak tahun 2008, dimulai dengan pinjaman kecil untuk usaha mikro dan beberapa orang akar rumput sekitar Bandung dan Bogor. Setelah lulus, dia bekerja sebagai Konsultan Business Services IBM Global untuk 2 tahun. Di IBM, dia memainkan peran dalam strategi TI, implementasi sistem SAP. Meraih gelar Sarjana dari Institut Teknologi Bandung, Sekolah Bisnis dan Manajemen. Dia menikmati olahraga petualangan, inovasi bisnis, seni rupa dan simfoni orkestra. Taufan juga telah menerima penghargaan dari Ashoka Changemakers sebagai muda 2010.



v  Hardi Pramudia, Co-founder dan Direktur Human Resources
 Hardi memulai keterlibatannya dalam keuangan mikro sejak tahun 2008. Dia lulus dari Institut Teknologi Bandung di Bisnis dan Manajemen Pada tahun 2009. Dia memutuskan untuk mengembangkan LKM sebagai instrumen kunci untuk mengurangi kemiskinan. Sebelum bergabung dengan Amartha ini, dia bekerja untuk L'oreal Indonesia, dan Groupe Danone dengan tanggung jawab termasuk manajemen account kunci, strategi merek, dan manajemen rantai pasokan. Saat ini, Beliau juga menjabat sebagai Direktur Urun Tangan Indonesia, sebuah perusahaan swasta hutan restorasi.

Dewan Penasehat
v  Ifdol Mahyudin, MICRA Indonesia
As Senior Trainer / Konsultan, Mr Ifdol Mahyudin memiliki Bersama dengan Micra sebagai Penasihat Teknis Senior pada bulan Juli 2006. 8 tahun pengalaman sebagai Training Manager dengan Ukabima, pengalaman di industri perbankan selama 10 tahun di bank swasta di beberapa posisi. Sangat berpengalaman dalam pelatihan disampaikan untuk keuangan mikro baik sebagai fasilitator, pelatih dan juga pengaturan modul pelatihan untuk keuangan mikro, konsultasi dan pendampingan LKM beberapa baik konvensional dan syariah. Ia menyampaikan berbagai pelatihan CGAP ke LKM di seluruh Indonesia.

v  Surna Tjahja Djajadiningrat, SBM ITB
Dia  memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun dalam bidang pembangunan berkelanjutan. Dia adalah salah satu yang paling menonjol orang Indonesia. Dia lulus dari Institut Teknologi Bandung di bidang Teknik Industri dan meraih gelar MSc dan PhD di bidang Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan dari University of Hawaii, USA. Dia telah menjabat sebagai Dekan ITB-School of Business, Direktur Jenderal Pertambangan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia juga terlibat dalam berbagai organisasi seperti The Climate Project Indonesia, dan Centre Indonesia Pembangunan  Berkelanjutan.
Peran dan Tanggung Jawab
Bertanggung  jawab untuk menyediakan penasihat strategis pelaksanaan kebijakan perusahaan, strategi bisnis, prinsip-prinsip, tujuan, dan kinerja dari Direksi.

Lembaga Finansial
·         Investor Group
MEKAR - Putera Sampoerna Foundation
Mekar adalah program Kewirausahaan yang berfokus pada pertumbuhan Networks Indonesia Kewirausahaan, Pekerjaan dan penyelamatan dengan menyediakan kedua fasilitas fisik dan online yang memungkinkan Pengusaha dan penyelamatan investasi untuk menghubungkan, jaringan dan mengembangkan ide-ide bisnis dan perusahaan.
Program Kewirausahaan Putera Sampoerna Mekar Foundation mendukung tumbuhnya Pengusaha Indonesia, Usaha, Ketenagakerjaan, dan jaringan penyelamatan  Investasi dengan menyediakan alat, pelatihan, dan saran. Program Kewirausahaan komprensif  Mekar yang mengidentifikasi, cocok dan menghubungkan Pengusaha potensial dan Malaikat bersama dengan maksud untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan sukses.

·         Teknis Assistance
 Yayasan peramu Fokus utama dari Yayasan Pengembangan Masyarakat Mustadh'afiin, atau lebih dikenal sebagai peramu Yayasan adalah pada pengembangan masyarakat yang berpusat pada organisasi ekonomi. Beberapa program inti mereka adalah: pengembangan berbasis masyarakat Islam-compliant LKM (LKM Islam, BPRS, Takaful Mikro), organisasi masyarakat berbasis penguatan, khususnya usaha mikro-miskin dan di pedesaan dan perkotaan dari mitra mereka LKM. Mediasi sosio-ekonomi potensi ekonomi lokal, seperti LSM / CSO, pemerintah, serta LKM dalam hal memperkuat akses terhadap pelayanan sosial dasar dan sosial-ekonomi sistem perlindungan bagi keluarga miskin dan usaha mikro. Amartha Microfinance  adalah bangga bermitra dengan Yayasan peramu sejak 2010 dalam proyek pembangunan assistance. Micro Save adalah kelompok profesional yang berpengalaman memberikan bantuan teknis kepada lembaga keuangan dan telah secara rutin digambarkan sebagai perusahaan konsultan yang paling dapat diandalkan untuk layanan keuangan.

·         MicroSave
Indonesia Microfinance Association (IMA) adalah jaringan nasional independen keuangan mikro, dan non-partisan, di mana anggota IMA terdiri dari berbagai jenis LKM seperti BPR / BPRS, Koperasi, Yayasan, Modal Ventura, Bank Umum, dan lain-lain. Ini memudahkan anggota untuk meningkatkan akses dan kesempatan untuk belajar, memperkuat kemitraan, kolaborasi dan sinergi yang menguntungkan anggota. Misinya adalah dua kali lipat: membangun kapasitas LKM anggota untuk menawarkan akses yang adil ke layanan keuangan untuk rumah tangga berpendapatan rendah secara efisien, jujur, berkelanjutan, inovatif dan transparan dan menjadi sebuah forum advokasi yang efektif dan suara dari industri keuangan mikro di Indonesia . Microfinance Amartha adalah anggota aktif dari IMA sejak 2011, dan terlibat dalam berbagai program dan inisiatif yang diselenggarakan oleh IMA.kami berterima kasih atas dukungan dari individu-individu yang luar biasa yang telah memberi kontribusi pada Keuangan Mikro Amartha. Kami bangga menyebut mereka sebagai Friends of Amartha.

Andi Taufan Garuda Putra Membantu Warga Miskin
Jalanan berbatu dan becek menyongsong begitu kami memasuki desa-desa ini. Motor salah satu teman kami bahkan tergelincir karena jalanan yang licin, dan sepatu pun nyaris masuk ke kubangan lumpur yang "menghiasi" sepanjang jalan-jalan berbatu yang kami lewati.
Tak disangka, ini adalah jalanan utama sebuah desa yang berlokasi kurang dari 50 kilometer dari Ibu Kota Negara.Ternyata bukan hanya kondisi jalanan yang memprihatinkan, kemiskinan masyarakat di situ pun membuat hati miris. Di kawasan ini nuansa ketertinggalan mencakup area yang relatif luas dan terkait dengan sejumlah besar warga. Gerak kehidupan di sini terlihat timpang dibandingkan dengan di perumahan di sekitarnya. Rumah-rumah warga di kawasan ini kebanyakan terbuat dari bahan bilik bambu, berlantai tanah, dengan fasilitas sanitasi dan penerangan yang sangat tidak memadai, sementara warga perumahan yang berlokasi tak jauh dari sini, rata-rata bermobil.

Di tengah kondisi inilah Andi Taufan Garuda Putra (23) dan kawan-kawannya datang menawarkan solusi. Melalui koperasi yang mereka dirikan, Amartha Microfinance atau Koperasi Amartha Indonesia (KAI), Taufan mencoba membantu warga setempat untuk bangkit dari keterpurukan dan mendampingi mereka meningkatkan taraf kehidupan.

Bersama teman-temannya, Taufan mengembangkan model pinjaman seperti Grameen Bank dengan memasukkan konsep pinjaman syariah. Ia membentuk kelompok perempuan beranggotakan 20 orang, kemudian memberi pinjaman Rp 500.000 dengan jangka waktu pengembalian 50 minggu. Selain itu, ia rutin menggelar pertemuan mingguan, di mana di setiap pertemuan anggota kelompok membayar cicilan pinjaman mereka dengan jumlah sekitar Rp 13.000.

Hingga kini Taufan telah berhasil membentuk lima kelompok perempuan dengan masing-masing anggota kelompok berjumlah 15-20 orang, di lima RT di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Apabila ada anggota yang kesulitan mengembalikan pinjaman, kelompok akan mengembalikan pinjaman dengan sistem tanggung renteng. Melalui kelompok ini, warga juga bersama-sama belajar menabung dan mengelola keuangan keluarga mereka yang serba terbatas.

Setiap orang yang akan meminjam uang menceritakan kepada SH tentang penggunaan uang pinjaman mereka. Ada yang untuk membayar utang, menambah modal berjualan sayur, untuk membeli bibit dan pupuk, membayar uang sekolah anak, atau untuk memperbaiki rumah mereka yang kondisinya sudah tak layak huni.

Tim Taufan tampak  akrab dengan warga, walaupun saat SH ikut menyusuri dusun-dusun, sebagian penduduknya masih tampak menyimpan curiga. "Kemiskinan membuat mereka inferior dan cenderung curiga terhadap orang asing," ujar Taufik dari Amartha ketika melihat beberapa warga menghindar saat kami datangi.


Dana Pribadi
Sepak terjang Taufan dan Amartha ini bisa dibilang relatif baru, namun keputusannya untuk menekuni bidang ini patut diacungi jempol. Tidak banyak anak muda seusianya yang memiliki ketertarikan dan pemikiran cukup mendalam terkait persoalan kemiskinan. Dengan langkah cukup berani, pada usianya yang tergolong muda, Taufan meninggalkan pekerjaan kantorannya dan merintis koperasi untuk membantu kalangan miskin.

Menurut anak pertama dari dua bersaudara ini, ia memilih wilayah kerja Amartha di Bogor, karena penduduk di wilayah ini merupakan yang termiskin di Jawa Barat. Perlu riset panjang dan waktu sebulan lebih untuk menemukan Desa Cibeuteung Udik, Karihkil, dan Putatnutug di Kecamatan Ciseeng yang letaknya di pelosok, dan selama ini belum terjamah bantuan modal. Sementara itu, jumlah warga miskin di kawasan ini mencapai 20 persen dari jumlah penduduknya.

Pada masa awal implementasinya, Taufan dan tim menggunakan dana pribadi sebagai dana pinjaman yang diberikan pada perorangan. Kini dia terus berupaya membuka mata berbagai pihak donor tentang pentingnya membantu modal usaha skala mikro. "Beberapa perusahaan besar sudah mulai menangkap peluang usaha ini, karena memang menguntungkan. Kami dari Amartha melakukannya, antara lain, juga karena ingin membantu masyarakat bawah ke akses modal," ujar Hardi, salah satu pendiri Amartha.Menurut Taufan, kehidupĂ‚­an masyarakat miskin ini bisa berubah ketika memiliki akses ke kapital. Taufan dan timnya berharap jumlah warga miskin yang akan dibantu melalui Amartha akan terus bertambah dari jumlah 100 orang yang sekarang ini mereka tangani.

Dengan demikian, dia dapat turut membantu mengentaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan. Selama ini, warga miskin sulit mendapatkan akses modal karena kemiskinan dan ketertinggalan mereka. "Jangankan ke bank, membaca dan mengisi formulir sederhana saja mereka perlu kami bantu,"ujar Taufan.

Bank Yayasan-MicroSave Indonesia keuangan mikro program bantuan teknis bertujuan untuk memperkuat kelompok memilih LKM. MicroSave menerima tanggapan yang luar biasa dari Bank Perkreditan Rakayat (bank lokal) dan Kredit Pedesaan dan Koperasi Tabungan. Tim Micro Save telah melakukan 13 Penilaian Kelembagaan cepat di seluruh Jawa dan dipilih 6 lembaga di bawah tahap pertama dari program - KBPR Arta Kencana, BPR Arthaguna Sejahtera, BPR Sadhya Muktiparama, BPR Mekar Nugraha, CU Sawiran, KSU Sanama dan Keuangan Mikro Amartha. Deliverable pertama dari latihan, program Bisnis Perencanaan Strategis, juga telah dimulai dengan lembaga-lembaga yang dipilih. Micro Save telah melakukan rencana bisnis strategis untuk CU Sawiran - untuk menganalisis posisi strategis saat ini dan mengembangkan arah masa depan tindakan untuk memenuhi tujuan yang diinginkan dan tujuan utama yang pada akhirnya akan membantu lembaga dalam mencapai visi dan akhir missio. MicroSave berencana Mini AMI (Applied Keuangan Mikro Institute) Indonesia,

Pinjaman Lunak
Jalanan menuju Desa Cibeuteung Udik, Ciseeng, Bogor masih berupa tanah selebar kira-kira 1 meter. Sebagian agak berlumpur akibat hujan. Di desa ini memang belum tersedia akses jalan beraspal. Untuk masuk ke desa ini memakan waktu sekitar setengah jam dengan sepeda motor dari Kabupaten Parung, Bogor. Di kiri-kanan terlihat sawah-sawah dan gubug penduduk.
Asmanah baru saja pulang selepas mencari keong di sawah. Itulah kegiatan rutinnya setiap hari dari pagi hingga siang. Keong-keong di dalam ember itu untuk pakan 13 bebeknya yang ia beli sejak setahun lalu.
Asmanah beternak bebek untuk dijual telurnya. Ia tidak bisa sepenuhnya bergantung dari penghasilan suaminya 50 ribu rupiah per hari sebagai buruh tani.
"Ya saya ingin sendiri saja pelihara bebek, buat bantu-bantu suami, jajan anak kan dari jualan telor. Satu telor dijualnya 1.000 rupiah. Dulu beli masih kurus-kurus, saya kasih makan terus, 2 minggu baru dia nelorin, kadang 10-11 telor sehari. Cukup gak cukup lah untuk keluarga", kata Asmanah sambil tertawa.
Asmanah bercerita, awalnya ia tidak punya uang untuk membeli bebek. Ia takut meminjam dari bank karena tidak punya harta benda yang bisa dijaminkan. Apalagi, uang yang ia butuhkan juga tidak banyak. Karena itu, saat Koperasi Amartha Indonesia menawarkan pinjaman tanpa jaminan dengan bunga rendah, ia pun langsung mengiyakan.

"Yang 3 sisa dari bapaknya, dari Amartha cuma kebeli 10 ekor. Dapat pinjaman 500 ribu buat beli bebek, 1 bebek 40 ribu. Yang 100 lagi buat bikin kandangnya. Tadinya saya tidak niat mau pinjam, tapi kata orang, ada yang mau kasih duit, buat beli bebek dan kambing."

Sebelumnya Asmanah sudah 8 tahun beternak bebek. Tapi semua ternak itu ia jual saat anaknya sakit-sakitan. Kemudian ia tak sanggup lagi membeli bebek. Asmanah tak berani meminjam uang di bank."Belum pernah, takut tidak kebayar."
Untuk uang 500 ribu rupiah yang dipinjam dari Amartha, Asmanah cukup membayar cicilan 13.600 rupiah per minggu selama setahun. Jumlah itu sudah termasuk bunga sekitar 20 persen. Saat ini, ia hampir melunasi pinjamannya. Tahun depan, ia berencana meminjam 1 juta rupiah untuk menambah modal usaha jualan telur bebek.
"Mau beli bebek lagi, ini kan cuma ada 13, kalau udah sakit kan dijual, beli harganya 40 ribu jual cuma laku 20 ribu kadang 15 ribu, apalagi kalau kakinya tidak bisa jalan. Kata bapaknya, beli saja lagi 10 bebek, sisanya buat beli seragam anak dan sepatu sekolah."
Dengan pinjaman 500 ribu rupiah per tahun dari Koperasi Amartha Indonesia, hidup Asmanah terbantu. Menurut pendiri Koperasi Amartha Indonesia, Andi Taufan, pinjaman 500 ribu rupiah per tahun ini pas untuk memulai usaha skala rumah tangga bagi masyarakat desa.

Nilai 500 ribu itu kita sudah survey ke desa, kalau mau memulai usaha berapa umumnya, standarnya, resikonya juga bisa kami kelola. Resiko perorangan cukup kecil, itu bisa memberi nilai tambah, bisa memberikan modal awal dan berputar usahanya. Ketika mereka sudah siap dengan pembiayaan lebih besar, setahun mereka bisa akses modal lebih besar lagi, yakni satu juta rupiah.
Taufan menambahkan, maksimal peminjaman yang ditawarkan Amartha adalah 3 juta rupiah per tahun. Jika lebih dari itu, maka usaha si peminjam dinilai sudah cukup berkembang sehingga mampu meminjam dari bank atau pun lembaga keuangan lainnya. Ketua RT di Kampung Cigelap, Cibeuteung Udik, Dadang mengatakan, banyak potensi ekonomi desa yang bisa dikembangkan berkat kehadiran Koperasi Amartha.
"Ya namanya di kampung, pengalaman dan pendidikan kurang. Kalau ada modal, Insya Allah bisa nambah penghasilan. Ada kerajinan tangan, dagang keliling kampung, ada yang punya ternak bebek, yang banyak ternak bebek, udah merasakan hasil dan buktinya."
Dadang menyayangkan sikap pemda serta bank yang enggan memberikan pinjaman modal kepada masyarakat desa, apalagi kaum perempuan. Ada anggapan umum, jika berinvestasi di pelosok desa maka sudah pasti akan merugi."Setahu saya memang belum ada dukungan dari pemerintah. Mungkin pemerintah juga melihat keadaan, apa yang menguntungkan dari desa ini?" (Kenapa tidak mencoba pinjam bank?)

"Bukan tidak mau orang di kampung pinjam duit ke bank, banyak dah syarat-syaratnya. Permintaan orang Bank, ditanya usaha? Boro-boro buat usaha, tidak ada modal gimana usahanya. Kita kan mengajukan untuk buat usaha, gimana mau maju?"

Koperasi Amartha yang dibentuk sejak 2009 lalu ini memang bertujuan menggerakkan roda ekonomi desa melalui pemberdayaan kaum perempuan. Tujuannya untuk mempersempit jurang kesenjangan antara warga kota dan desa. Seratus persen anggota koperasi adalah perempuan. Bagaimana koperasi ini berjalan ?

Perempuan Berdaya
Belasan perempuan berkumpul di teras sebuah rumah di Desa Putatnutug (Baca: PU-TAT-NU-TUK), Kecamatan Ciseeng, Bogor. Di antara mereka, tak sedikit yang menggendong anak balitanya. Mereka adalah anggota Kelompok Mawar Koperasi Amartha. Pertemuan kelompok ini digelar saban Kamis siang.
Ibu-ibu Putatnutug itu membacakan ikrar kelompok. Isinya antara lain, perempuan ikut bertanggung jawab pada pendapatan keluarga, menjamin anak tetap sekolah, membayar pinjaman, dan saling membantu antaranggota kelompok.
Kelompok Mawar adalah salah satu dari 60-an kelompok perempuan binaan Koperasi Amartha di Ciseeng. Saat ini, total anggotanya berkisar 1.000 perempuan yang tersebar di tujuh desa.

Setelah pembacaan janji selesai, pendiri sekaligus petugas lapangan Koperasi Amartha, Andi Taufan dan rekannya, Aji mulai menghitung setoran cicilan pinjaman. Rentang cicilan berkisar antara 12 ribu hingga 14 ribu rupiah per minggu. Ini tergantung dari bagi hasil usaha dan kemampuan per orang. Jika ada anggota kelompok yang tidak disiplin melunasi cicilan, maka Amartha menerapkan sistem tanggung renteng, yakni seluruh anggota kelompok yang bertanggung jawab membayar.

Syarat untuk menjadi anggota Amartha tidak sulit. Selain wajib hadir dalam pertemuan kelompok, mereka juga harus sudah menikah dan mendapat izin suami. Syarat menikah sesuai dengan tujuan Amartha agar pinjaman itu bisa membantu meningkatkan penghasilan keluarga. Ijin suami diperlukan karena pinjaman itu harus dikelola bersama dalam keluarga.

Tak hanya menyetor cicilan pinjaman, mereka pun juga diajarkan menabung setiap minggu. Tanpa bunga dan potongan.

Koperasi Amartha bergerak dari keprihatinan Andi Taufan akan sulitnya akses modal bagi masyarakat desa. Amartha menyasar kaum perempuan, karena menurut pemuda berusia 24 tahun itu, perempuan punya peran penting meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

"Ketika perempuan punya peran bisa memberikan penghasilan tambahan buat keluarga, kita memberdayakan perempuan, punya posisi tawar di keluarganya, yang tadinya dia hanya menerima uang sehari-hari buat dibelanjakan, di sini dia bisa menghasilkan uang buat apa yang mereka rencanakan. Dia prioritaskan itu untuk keluarga dan anak-anak untuk sekolah, kualitas hidup meningkat, punya sanitasi lebih baik, dari kamar mandi luar jadi di dalam. Yang tadinya rumah ada yang masih panggung, di plester pakai semen dan bilik jadi bata."

Taufan juga mengajak investor untuk mau berpartisipasi dalam peminjaman modal skala kecil."Sebenarnya, keuntungan yang mereka dapat nilainya lebih besar daripada mendepositokan di bank, contohnya mereka yang berinvestasi selama 3 tahun, per tahun untung bisa 9-12 persen, kalau deposito di bank paling tinggi 6 persen. Daripada duitnya mengendap di bank, lebih baik uangnya berputar buat orang-orang yang membutuhkan, jadi uang punya arti."

Atas kiprahnya ini, akhir bulan lalu Andi Taufan diganjar penghargaan Satu Indonesia sebagai pelopor gerakan ekonomi mikro untuk masyarakat pedesaan.Saat ini, semakin banyak perempuan Ciseeng yang ingin mengajukan permohonan pinjaman dari Amartha. Tak sedikit pula yang ingin melanjutkan pinjaman yang lebih besar. Salah satunya, Siti Juhairiah.
"Cari modal buat bapaknya dagang. Dia kan dagang jus buah, jadi buat belanja buah, gula dan es nya. Di Jakarta, di Kebayoran usahanya. Cicilan 13.500 seminggu. Selalu lancar. Insya Allah mau mengajukan pinjaman lagi. Bapaknya lagi mogok usahanya, di Jakarta kan sewa tempat, nah tempatnya diambil alih sama yang punya, sementara mau cari duit lagi buat cari tempat untuk usaha lagi."
Melanjutkan pinjaman juga akan dilakoni Sawinah. Saat ditemui, ia tengah meletakkan gulungan tikar di depan gubugnya. Tikar berukuran 3x3 meter hasil anyamannya itu berdiri tegak di dekat bilik pintu. Janda 60 tahun itu terlihat sumringah meski guratan lelah terpancar dari wajahnya.

Seperti Asmanah dan Siti, Sawinah pun meminjam 500 ribu rupiah dari Amartha. Uang itu untuk biaya sekolah anaknya. Sisanya untuk modal menganyam tikar."Untuk  anak sekolah, saya pingin lanjut. Apalagi biaya sekolah naik lagi ya, udah 80 sebulan, sekarang 100 saya bingung bagaimana. Kalau berhenti sayang sudah di tengah-tengah. Sisanya untuk beli bahan baku tikar. Jauh beli bahan bakunya di Cilangkap, jalan kaki saja dari sawah."






KESIMPULAN

Amartha adalah lembaga keuangan mikro khusus menyediakan jasa keuangan kepada klien yang lebih miskin dan lebih rentan daripada klien bank tradisional. Kami terdaftar secara hukum organisasi sebagai Koperasi Amartha Indonesia. Kami bertujuan turun langsumg ke lokasi dan sistem perbankan manusiawi berdasarkan saling percaya.  Melalui system perbankan berbasis ikatan kepercayaan, akuntabilitas, partisivasi, dan kreativitas. Elemen tabungan dan pinjaman yang diberikan dilengkapi dengan pendidikan dasar keuangan.

 Amartha Microfinance memberikan pinjaman modal kepada warga miskin di pelosok desa, tanpa harus memberikan surat berharga sebagai jaminan.Dengan harapan kehidupan masyrakat miskin ini bisa berubah ketika memiliki akses ke capital.

Sumber:  http://www.kbr68h.com/saga/77-saga/16035-amartha-pemberdaya-perempuan-papa

Nama : Tuti winarti
            Andri Indriawan
            Angga Nur Rahman
           Anis khoirunisa
          Ulfa Ramadhani Manyira
         Sabrina Fabrella Gianti
         Rio Achmad Wijaya
Kelas : 2EA10