KEJAHATAN
KORPORASI DALAM BIDANG OLAH RAGA
(PENGATURAN SKOR SEPAK BOLA LUAR
NEGERI DAN DALAM NEGERI)
Kejahatan
korporasi adalah kejahatan yang sudah banyak terjadi di lingkungan kita selama
ini. Namun belum adanya tindakan tegas dari pemerintah untuk memberantas
kejahatan yang bisa di sebut sebagai kejahatan kerah putih ini. Kejahatan
korporasi banyak terjadi dalam segala bidang yaitu bidang ekonomi, lingkungan
hidup, keuangan dan bisa juga terjadi dalam ruang lingkup olah raga. Saya akan
membahas kejahatan korporasi dalam bidang olah raga ini yang sejak dulu sudah
menggerogoti nilai-nilai fair play yang ada.
Kejahatan
yang saya bahas ini mengenai pengaturan skor pertandingan dalam sepak bola.
Kejahatan ini memang sangat mengotori nilai-nilai fair play yang sudah di
junjung tinggi dalam olah raga yang paling banyak di gandrungi oleh penduduk
diseluruh dunia. Dengan tidak memfikirkan usaha klub atau seorang pemain,
sekelompok orang yang tidak bermoral ini pun berusaha untuk mengatur sebuah
jalannya pertandingan dengan cara menyuap wasit pertandingan tertentu atau
menyuap beberapa orang protokoler pertandingan agar mendapatkan hasil yang
mereka inginkan. Sungguh miris menyaksikan bahwa fakta yang terjadi di lapangan
sampai saat ini kejahatan pengaturan skor masih terjadi di dalam ataupun luar
negeri. Di luar negeri pun yang sudah terkenal dengan profesionalitas para
pemain, pelatih, wasit serta jajaran pemandu jalannya pertandingan sepak bola
pun masih bisa terlibat dalam kejahatan korporasi tersebut.
Pada sekitar tahun 2006 di salah satu liga terbesar di Eropa yaitu Liga Italia Serie A terjadi pengaturan skor yang sangat menggemparkan dunia sepak bola saat itu. Klub besar asal Turin Juventus, Inter Milan, AC Milan dan sejumlah klub kecil lainnya itu dinyatakan terbukti melakukan pengaturan skor. Pada saat itu para petinggi klub masing-masing terbukti melakukan pembicaraan dengan wasit untuk menguntungkan tim mereka. Pengaturan skor di ranah Italia ini biasa disebut dengan calciopoli, atau secara lebih jelasnya calciopoli adalah usaha sebagian/sekelompok oknum yang tidak mampu meraih prestasi di atas lapangan sehingga dengan sengaja menciptakan skema kotor seperti pengaturan skor di luar lapangan guna menghancurkan kekuatan sepak bola. Jelas sekali perbuatan kotor itu sangat menjatuhkan image klub di mata seluruh dunia.
Kasus
yang terjadi di kancah persepakbolaan Italia tersebut sebenarnya dinaungi
dengan kemunafikan dan penuh dengan konspirasi. Dari beberapa artikel yang saya
baca faktanya tim Juventus tidak bersalah melakukan kejahatan pengaturan skor
tetapi hanya bersalah melakukan tindakan tidak sportif kepada wasit, tetapi
hukuman yang di derita oleh tim yang mempunyai gelar terbanyak di ranah Italia
ini sangat berat yaitu hukuman DEGRADASI ke Serie B. Hukuman ini sangat
mengecewakan para tifosi Juventus di seluruh dunia. Bukan hanya degradasi yang
di derita juve tetapi pencopotan gelar pada tahun sebelum dan pada tahun
tersebut ke tim lain. Petinggi Juventus saat itu Luciano Moggi sangat marah
karena sejumlah klub besar yang jelas terbukti atas pengaturan skor di Serie A
itu tidak di jatuhi hukuman yang setimpal. Luciano Moggi menyatakan banyak
konspirasi dari jalannya sidang yang berlangsung cepat hanya tiga minggu dan banyaknya
petinggi klub dan investor yang memihak klub Inter maka yang dijatuhi hukuman
berat hanya Juventus saja.
Kasus pengaturan skor yang terjadi pada
tahun 2004-2006 ini pun di akhiri dengan tidak adil. Sejumlah klub yang
sebenarnya terbukti bersalah pada akhirnya hanya di jatuhi hukuman pengurangan
poin pada saat liga berlangsung musim depan. Klub tersebut yaitu Inter Milan
dan AC Milan. Kasus ini bisa kita simpulkan banyaknya petinggi-petinggi klub
yang dengan mudah memutar balikkan fakta yang terjadi dengan begitu mudahnya. Kasus
kejahatan seperti ini harus di selesaikan dengan terbuka dan tanpa intervensi
pihak-pihak lain agar di dapatkannya hasil yang adil. Masih banyaknya
bentuk-bentuk kejahatan pengaturan skor yang ada di Liga-liga besar Eropa yang
sedang di investigasi oleh pihak-pihak berwenang agar terciptanya sepak bola
yang fair play. Kasus seperti ini harusnya menjadi bahan pelajaran untuk sepak bola
Indonesia agar menghindari dan memberantas mafia-mafia pengaturan skor. Karena di
Indonesia pun tidak luput dari kejahatan kerah putih ini.
Kasus yang masih hangat di perbincangkan
oleh para penikmat sepak bola tanah air yaitu kasus sepak bola gajah yang
terjadi di Divisi Utama PSSI. Dalam babak delapan besar kompetisi sepak bola
Liga Indonesia Divisi Utama antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang itu di
nodai dengan adanya lima gol bunuh diri yang terjadi mulai dari menit 87. Kasus
ini sampai terdengar ke luar negeri lewat media asing yaitu Chanel New Asia,
The Guardian dan Eurosport. Sungguh kasus seperti ini sangat memalukan sepak
bola Indonesia di kancah Internasional. Kasus ini bermula karena kedua klub
yang terlibat ingin menghindari lawan selanjutnya yaitu Borneo FC. Dalam pertandingan
tersebut para pemain lebih terlihat seperti menjalani latihan biasa ketimbang
melakukan sebuah pertandingan penting. Setiap pemain lebih banyak memainkan
bola di daerahnya sendiri ketimbang menyerang untuk menciptakan gol. Memasuki menit
ke-87 hingga selesai pertandingan di warnai gol bunuh diri oleh para pemain
masing-masing sehingga skor akhir berkesudahan 3-2 untuk kemenangan PSS Sleman.
Dari kacamata penonton ini sangat
memalukan karena sebuah tim dengan sengaja melakukan pengaturan skor tanpa ada
rasa malu atau takut sekalipun. Maka untuk menyelesaikan masalah yang pelik ini
komisi disiplin dibantu oleh FIFA melakukan investigasi kepada pemain dan seluruh
jajaran klub. Pada akhirnya kedua klub di jatuhi hukuman degradasi dan para
pemain yang membuat gol bunuh diri pun di dakwa tidak boleh ikut berkecimpung
lagi di dunia sepak bola seumur hidup. Hukuman ini dijatuhi semata-mata untuk
mendapatkan efek jera kepada pelaku dan pembelajaran kepada setiap pemain
lainnya. Namun dalam hukuman tersebut ada kejanggalan karena wasit yang memandu
jalannya pertandingan pun ikut di jatuhi hukuman. Padahal menurut fakta wasit
sama sekali tidak ikut membantu atau terlibat tetapi PSSI tetap menjatuhi
hukuman kepada wasit. Ini menambah persoalan karena menurut beberapa artikel say
abaca dan sumber informasi dari para pemerhati sepak bola didalam Undang-undang
PSSi tidak di tuliskan jika wasit bisa di salahkan dalam kasus tersebut. Tetapi
PSSI bersikeras menjatuhi hukuman kepada wasit pertandingan karena tidak
menghentikan pertandingan ketika sudah mengetahui adanya hal aneh dalam
pertandingan tersebut.
Kasus ini memunculkan bahwa adanya
konspirasi dan pihak-pihak tertentu yang mendalangi permasalahan sepak bola
gajah ini. Dari ketua ketua Asosiasi Pemain Sepak Bola Indonesia (APSI) Ismed
Sofyan menyayangkan hal ini bisa terjadi karena dapat mencoreng nama baik sepak
bola Indonesia dan menyarankan agar PSSI melakukan investigasi mendalam untuk
mencari siapa dalang dari kejadian ini. Dalam kejahatan pengaturan skor sepak
bola seperti ini sudah pasti ada actor di balik layarnya, ada petinggi-petinggi
klub mungkin yang memberikan arahan kepada pemain karena mustahil para pemain
melakukan hal seperti itu secara spontan di dalam lapangan. Mafia-mafia sepak
bola ini lah yang seharusnya di berantas dan dijatuhi hukuman yang
seberat-beratnya bukan hanya pemain dan wasit pertandingan saja. Secara bersama-sama
harus adanya kejujuran dan keterbukaan dalam menyelesaikan kasus seperti ini. Karena
imbas dari kejahatan pengaturan skor ini bukan hanya di derita klub atau pun
pemainnya saja tetapi para supporter yang tidak salah pun dapat merasakan
hukuman tersebut.
Kesimpulannya adalah seluruh pihak yang
terlibat dalam sepak bola harus menjunjung tinggi nilai sporitifitas dan fair
play. Mereka harus menjadi contoh yang baik untuk anak-anak dan seluruh
penikmat sepak bola dunia. Untuk para organisasi sepak bola di seluruh dunia
agar lebih ketat dalam mengawasi jalannya suatu pertandingan ataupun liga yang
mereka dirikan dan lebih bijak dalam mengeluarkan hukuman untuk para pelaku.
Jangan pernah nodai keindahan sepak bola hanya dengan uang dan ambisi pribadi
atau kelompok. Untuk para mafia sepak bola bawalah uang dan diri kalian ke
neraka karena di sanalah tempat yang layak untuk bersenang-senang!!!