Percayalah bahwa kesulitan itu membuat kita menjadi jauh lebih tangguh.

Minggu, 30 November 2014

KEJAHATAN KORPORASI DALAM BIDANG OLAH RAGA

KEJAHATAN KORPORASI DALAM BIDANG OLAH RAGA 
(PENGATURAN SKOR SEPAK BOLA LUAR NEGERI DAN DALAM NEGERI)

            Kejahatan korporasi adalah kejahatan yang sudah banyak terjadi di lingkungan kita selama ini. Namun belum adanya tindakan tegas dari pemerintah untuk memberantas kejahatan yang bisa di sebut sebagai kejahatan kerah putih ini. Kejahatan korporasi banyak terjadi dalam segala bidang yaitu bidang ekonomi, lingkungan hidup, keuangan dan bisa juga terjadi dalam ruang lingkup olah raga. Saya akan membahas kejahatan korporasi dalam bidang olah raga ini yang sejak dulu sudah menggerogoti nilai-nilai fair play yang ada.
            Kejahatan yang saya bahas ini mengenai pengaturan skor pertandingan dalam sepak bola. Kejahatan ini memang sangat mengotori nilai-nilai fair play yang sudah di junjung tinggi dalam olah raga yang paling banyak di gandrungi oleh penduduk diseluruh dunia. Dengan tidak memfikirkan usaha klub atau seorang pemain, sekelompok orang yang tidak bermoral ini pun berusaha untuk mengatur sebuah jalannya pertandingan dengan cara menyuap wasit pertandingan tertentu atau menyuap beberapa orang protokoler pertandingan agar mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Sungguh miris menyaksikan bahwa fakta yang terjadi di lapangan sampai saat ini kejahatan pengaturan skor masih terjadi di dalam ataupun luar negeri. Di luar negeri pun yang sudah terkenal dengan profesionalitas para pemain, pelatih, wasit serta jajaran pemandu jalannya pertandingan sepak bola pun masih bisa terlibat dalam kejahatan korporasi tersebut.
           

Pada sekitar tahun 2006 di salah satu liga terbesar di Eropa yaitu Liga Italia Serie A terjadi pengaturan skor yang sangat menggemparkan dunia sepak bola saat itu. Klub besar asal Turin Juventus, Inter Milan, AC Milan dan sejumlah klub kecil lainnya itu dinyatakan terbukti melakukan pengaturan skor. Pada saat itu para petinggi klub masing-masing terbukti melakukan pembicaraan dengan wasit untuk menguntungkan tim mereka. Pengaturan skor di ranah Italia ini biasa disebut dengan calciopoli, atau secara lebih jelasnya calciopoli adalah usaha sebagian/sekelompok oknum yang tidak mampu meraih prestasi di atas lapangan sehingga dengan sengaja menciptakan skema kotor seperti pengaturan skor di luar lapangan guna menghancurkan kekuatan sepak bola. Jelas sekali perbuatan kotor itu sangat menjatuhkan image klub di mata seluruh dunia.
            Kasus yang terjadi di kancah persepakbolaan Italia tersebut sebenarnya dinaungi dengan kemunafikan dan penuh dengan konspirasi. Dari beberapa artikel yang saya baca faktanya tim Juventus tidak bersalah melakukan kejahatan pengaturan skor tetapi hanya bersalah melakukan tindakan tidak sportif kepada wasit, tetapi hukuman yang di derita oleh tim yang mempunyai gelar terbanyak di ranah Italia ini sangat berat yaitu hukuman DEGRADASI ke Serie B. Hukuman ini sangat mengecewakan para tifosi Juventus di seluruh dunia. Bukan hanya degradasi yang di derita juve tetapi pencopotan gelar pada tahun sebelum dan pada tahun tersebut ke tim lain. Petinggi Juventus saat itu Luciano Moggi sangat marah karena sejumlah klub besar yang jelas terbukti atas pengaturan skor di Serie A itu tidak di jatuhi hukuman yang setimpal. Luciano Moggi menyatakan banyak konspirasi dari jalannya sidang yang berlangsung cepat hanya tiga minggu dan banyaknya petinggi klub dan investor yang memihak klub Inter maka yang dijatuhi hukuman berat hanya Juventus saja.
Kasus pengaturan skor yang terjadi pada tahun 2004-2006 ini pun di akhiri dengan tidak adil. Sejumlah klub yang sebenarnya terbukti bersalah pada akhirnya hanya di jatuhi hukuman pengurangan poin pada saat liga berlangsung musim depan. Klub tersebut yaitu Inter Milan dan AC Milan. Kasus ini bisa kita simpulkan banyaknya petinggi-petinggi klub yang dengan mudah memutar balikkan fakta yang terjadi dengan begitu mudahnya. Kasus kejahatan seperti ini harus di selesaikan dengan terbuka dan tanpa intervensi pihak-pihak lain agar di dapatkannya hasil yang adil. Masih banyaknya bentuk-bentuk kejahatan pengaturan skor yang ada di Liga-liga besar Eropa yang sedang di investigasi oleh pihak-pihak berwenang agar terciptanya sepak bola yang fair play. Kasus seperti ini harusnya menjadi bahan pelajaran untuk sepak bola Indonesia agar menghindari dan memberantas mafia-mafia pengaturan skor. Karena di Indonesia pun tidak luput dari kejahatan kerah putih ini.
Kasus yang masih hangat di perbincangkan oleh para penikmat sepak bola tanah air yaitu kasus sepak bola gajah yang terjadi di Divisi Utama PSSI. Dalam babak delapan besar kompetisi sepak bola Liga Indonesia Divisi Utama antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang itu di nodai dengan adanya lima gol bunuh diri yang terjadi mulai dari menit 87. Kasus ini sampai terdengar ke luar negeri lewat media asing yaitu Chanel New Asia, The Guardian dan Eurosport. Sungguh kasus seperti ini sangat memalukan sepak bola Indonesia di kancah Internasional. Kasus ini bermula karena kedua klub yang terlibat ingin menghindari lawan selanjutnya yaitu Borneo FC. Dalam pertandingan tersebut para pemain lebih terlihat seperti menjalani latihan biasa ketimbang melakukan sebuah pertandingan penting. Setiap pemain lebih banyak memainkan bola di daerahnya sendiri ketimbang menyerang untuk menciptakan gol. Memasuki menit ke-87 hingga selesai pertandingan di warnai gol bunuh diri oleh para pemain masing-masing sehingga skor akhir berkesudahan 3-2 untuk kemenangan PSS Sleman.
Dari kacamata penonton ini sangat memalukan karena sebuah tim dengan sengaja melakukan pengaturan skor tanpa ada rasa malu atau takut sekalipun. Maka untuk menyelesaikan masalah yang pelik ini komisi disiplin dibantu oleh FIFA melakukan investigasi kepada pemain dan seluruh jajaran klub. Pada akhirnya kedua klub di jatuhi hukuman degradasi dan para pemain yang membuat gol bunuh diri pun di dakwa tidak boleh ikut berkecimpung lagi di dunia sepak bola seumur hidup. Hukuman ini dijatuhi semata-mata untuk mendapatkan efek jera kepada pelaku dan pembelajaran kepada setiap pemain lainnya. Namun dalam hukuman tersebut ada kejanggalan karena wasit yang memandu jalannya pertandingan pun ikut di jatuhi hukuman. Padahal menurut fakta wasit sama sekali tidak ikut membantu atau terlibat tetapi PSSI tetap menjatuhi hukuman kepada wasit. Ini menambah persoalan karena menurut beberapa artikel say abaca dan sumber informasi dari para pemerhati sepak bola didalam Undang-undang PSSi tidak di tuliskan jika wasit bisa di salahkan dalam kasus tersebut. Tetapi PSSI bersikeras menjatuhi hukuman kepada wasit pertandingan karena tidak menghentikan pertandingan ketika sudah mengetahui adanya hal aneh dalam pertandingan tersebut.
Kasus ini memunculkan bahwa adanya konspirasi dan pihak-pihak tertentu yang mendalangi permasalahan sepak bola gajah ini. Dari ketua ketua Asosiasi Pemain Sepak Bola Indonesia (APSI) Ismed Sofyan menyayangkan hal ini bisa terjadi karena dapat mencoreng nama baik sepak bola Indonesia dan menyarankan agar PSSI melakukan investigasi mendalam untuk mencari siapa dalang dari kejadian ini. Dalam kejahatan pengaturan skor sepak bola seperti ini sudah pasti ada actor di balik layarnya, ada petinggi-petinggi klub mungkin yang memberikan arahan kepada pemain karena mustahil para pemain melakukan hal seperti itu secara spontan di dalam lapangan. Mafia-mafia sepak bola ini lah yang seharusnya di berantas dan dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya bukan hanya pemain dan wasit pertandingan saja. Secara bersama-sama harus adanya kejujuran dan keterbukaan dalam menyelesaikan kasus seperti ini. Karena imbas dari kejahatan pengaturan skor ini bukan hanya di derita klub atau pun pemainnya saja tetapi para supporter yang tidak salah pun dapat merasakan hukuman tersebut.

Kesimpulannya adalah seluruh pihak yang terlibat dalam sepak bola harus menjunjung tinggi nilai sporitifitas dan fair play. Mereka harus menjadi contoh yang baik untuk anak-anak dan seluruh penikmat sepak bola dunia. Untuk para organisasi sepak bola di seluruh dunia agar lebih ketat dalam mengawasi jalannya suatu pertandingan ataupun liga yang mereka dirikan dan lebih bijak dalam mengeluarkan hukuman untuk para pelaku. Jangan pernah nodai keindahan sepak bola hanya dengan uang dan ambisi pribadi atau kelompok. Untuk para mafia sepak bola bawalah uang dan diri kalian ke neraka karena di sanalah tempat yang layak untuk bersenang-senang!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar