Hapuskan Rasisme Dalam Sepak Bola
Sepak bola adalah olahraga yang
saya sangat gemari. Mungkin pendapat ini juga berlaku bagi kebanyakan orang
didunia ini. Mulai dari permainan game virtual maupun sampai permainan nyata di
tanah lapang atau lapangan ruangan yang sekarang lebih banyak digandrungi oleh
para pecinta sepak bola atau lebih jelasnya adalah futsal. Saya pribadi
melakukan olahraga ini sangat sering intensitasnya dalam kurun waktu 1 minggu. Menurut
saya dengan olahraga futsal atau sepakbola bisa mengurangi stress di kepala yang
terlalu banyak memikirkan masalah tugas kampus.
Namun dalam sepakbola ini juga
sering dinodai dengan masalah-masalah yang sangat disayangkan terjadi. Masalah yang
saya akan bicarakan disini adalah mengenai rasisme antara klub yang sedang
bertanding atau antara suporter yang sedang mendukung timnya bertading. Masalah
ini menjadi sangat serius karna bisa secara langsung merendahkan harga diri
seseorang atau bahkan merenggut nyawa seseorang dengan mudahnya. Kita bisa
bayangkan bagaimana perasaan seorang pemain yg secara langsung mendapat hinaan
rasisme dari pemain lawan atau supporter lawan mereka. Itu adalah perbuatan
biadab yang dilakukan oleh orang purba kala yang tidak mengerti aturan.
Kita bisa mengambil contoh dari
banyak kasus pemain professional yang mendapat hinaan rasisme. Pemain legenda
brazil Roberto carlos pernah dihina dan dilempari buah pisang oleh para
pendukung lawannya ketika ia memperkuat tim sepakbola asal timur tengah. Ini sangat
menyedihkan karna tidak ada respect sama sekali dari seporter lawan terhadap
pemain yang sedang bertanding. Ketika kejadian itu terjadi sang pemain langsung
berjalan meninggalkan lapangan dengan wajah yang sangat kecewa. Itu kasus yang
saya ambil memang sudah berlalu lama tapi setidaknya bisa kita ambil contoh
bahwa perbuatan rasisme tersebut sangatlah bisa merendahkan harga diri orang
lain.
Contoh lain dari perseteruan atau
rasisme antar supporter terjadi didalam negeri. Kita tahu persaingan dan
fanatisme yang sangat tinggi antar tim ibu kota persija Jakarta dengan tim
persib bandung. Itu secara tidak langsung menyulut api persaingan antara supporter
mereka diluar lapangan. Mereka seakan ingin menunjukan bagaimana loyalitas
mereka sebagai supporter tim paling kuat di ranah liga professional Indonesia. Korban
nyawa dari persaingan itu sudah banyak yang berjatuhan. Dari supporter yang
masih dibawah umur maupun yang sudah dewasa. Hendaknya dari kejadian ini kita
harus sadar bahwa fanatisme yang berlebihan itu tidak benar dan bisa
menimbulkan nyawa melayang.
Menurut saya cara bagaimana
menanggulangi masalah rasisme tersebut adalah sangsi yang dijatuhkan FIFA harus
lebih berat lagi. Dari yang hanya meniadakan supporter saat timnya bertanding
dengan ditambahkan pengurangan poin terhadap tim yang bersangkutan. Kemudian dari
masalah rasisme antar supporter harusnya koordinir lapangan dari masing-masing
pihak harus lebih tegas lagi dalam mengawasi anggota supporter mereka. Dan dari
sektor penyelengara pertandingan harus lebih ketat mengawasi para pendukung
yang masuk ke lapangan dan ketika pertandingan usai. Seharusnya sepakbola bisa
menjadi olahraga persatuan antar semua bangsa tanpa adanya batasan suku, budaya
maupun bahasa. Karena sepakbola bisa dinikmati oleh seluruh orang didunia ini tanpa
melihat latar belakang orang tersebut. Mari hilangkan rasisme dalam sepakbola
dan nikmati setiap pertandingannya dengan rasa menghargai yang tinggi. Salam Olahraga!!!